Cerita Gus Nabil Haroen, Menjadi Jurnalis Sejak Nyantri di Lirboyo
Kediri, NU Online
Siapa sangka, Muhammad Nabil Haroen, sosok yang menduduki kursi legislatif di Senayan ini memulai karirnya dari seorang jurnalis. Dalam acara Ngaji Jurnalistik yang diselenggarakan Pers Mahrusy pada Rabu (30/06) Gus Nabil, sapaan akrabnya, menceritakan kiprahnya selama menjadi Jurnalis di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri.
Tepat pada awal tahun 2004, Gus Nabil diamanahi oleh gurunya, KH Imam Yahya Mahrus untuk menghidupkan kembali Majalah Misykat, Majalah resmi Pondok Lirboyo kala itu. Tidak tanggung-tanggung Gus Nabil langsung mengemban tugas sebagai Pemimpin Redaksi Majalah yang berdiri sejak tahun 1986 itu.
Pondok Lirboyo yang basicnya salafiah tradisional membuat proses berjurnalistiknya tidaklah mudah, dilalui dengan perjuangan berdarah-darah, apalagi modal yang dimiliki tidak terlalu melimpah,
“Ketika menghidupkan kembali Majalah Misykat tahun 2004, itu adalah momentum yang luar biasa, dengan perjuangan berdarah-berdarah, Pondok Pesantren Lirboyo tidak memodali apapun, kecuali saya masih ingat satu kresek rambutan dan steples warna merah” tutur Alumni Pondok Lirboyo Tahun 2008 ini dihadapan ratusan Santri yang memenuhi Aula MA Al-Mahrusiyah.
Menjadi Jurnalis di Majalah Misykat ini, ia berjuang bersama kiai tua hingga gus muda Pondok Lirboyo, dari kiai tua dimotori oleh KH Imam Yahya Mahrus secaara langsung dan yang muda di nakhodai Gus Adibbussholeh Anwar yang kemudian diteruskan oleh Gus Abdul Muid Shohib. Dari tim redaksi ini berswadaya dengan iuran untuk bisa mencetak Majalah Misykat hingga beberapa edisi. Perjuangannya menuai hasil tatkala Majalah Misykat berhasil terjual dua puluh ribu oplah bahkan pemasaranyaa sampai ke luar negeri.
“Perjuangan di Majalah Misykat itu tidak mudah, melelahkan, kemudian saya ingat waktu itu oplah tertinggi Majalah Misykat mecapai angka dua puluh ribu eksemplar, pangsa pasarnya sampai kemana-mana sampai ke luar negeri, termasuk Taiwan, Hongkong yang kemudian menjadi cikal bakal PCINU Hongkong dan Taiwan, ini juga dari Majalah Misykat,” jelas sang pendiri PCINU Taiwan ini.
Gus Nabil melanjutkan, selain berkah dan ridho masyayikh, jurnalistik adalah hal yang mengantarkannya sampai posisi disaat ini, untuk diketahui, disamping sebagai DPRRI, ia menempati posisi penting lainnya, diantaranya Kepala Staf Khusus Ketua PBNU, Ketua Pagar Nusa, jabatan tinggi di beberapa PT, bahkan saat masih nyantri di Lirboyo Gus Nabil sudah berkhidmat di PC LTNU Kota Kediri serta PWNU Jawa Timur.
Sebagai Jurnalis, Gus Nabil oleh wartawan Kota Kediri dikenal sebagai Jurnalis nekat, ia mengisahkan ketika meliput pertandingan Persik Kediri dengan kamera poket, kamera paling sederhana dibanding kamera milik wartawan lainnya,
“Coba, wartawan Majalah Misykat, meliput pertandingan Persik Kediri, ngeliputnya masih tidak masalah, jadi Fotogrpher dipinggir lapangan, disebelah gawang, itu dengan kamera poket, Nikon Collpict,” kenang Redaktur NU Online 2010-2015 ini.
Namun berkah dari kenekatannya ini, meski dengan kamera seadanya, Gus Nabil kerap kali mendapat momen jepretan menarik, seringkali fotonya dari pinggir lapangan dibeli oleh produk minuman yang mensponsori Persik Kediri saat itu.
Belum cukup sampai disitu, tatkala Gunung Kelud Meletus, masih dengan kamera poketnya, Gus Nabil menerobos zona letusan yang terlarang untuk dimasuki, saat itu pun tiada wartawan lain yang berani menjepret, hasilnya Gus Nabil mendapat momentum foto yang epic, lalu dibeli seharga 150 Dolar oleh Reuters, kantor berita terbesar di dunia yang berpusat di London, Inggris, lalu uangnya dibagi dengan teman yang memiliki akun dolar.
“Saya berbagi, temen saya yang punya akun itu 50 dolar saya dapat 100 dolar, kalau tidak salah empat sampai lima foto dibeli, diambil sama Reuters, alhamdulillah bisa beli SLR Nikon D40.” Kenang Gus Nabil.
Disamping fotographer, Gus Nabil memiliki skill jurnalistik yang kompleks, “Saya ini pernah tiga edisi (Majalah Misykat), itu saya ya jadi reporter, jadi penulis, editor, layout serta marketingnya, itu pernah tiga edisi.” Tutur Gus Nabil disambut applause dari ratusan audien.