1 0

Apa gunanya peraturan dilarang memegang Smartphone?

Bagi orang-orang yang katanya lahir pada digitalisasi yang merajalela, akan sangat terkekang rasanya tanpa adanya genggaman dari barang kecil penuh canggih itu. Mereka merasa dunianya terjebak dalam realitas yang itu-itu saja, tidak dinamis bahkan kuno. Informasi yang bagi mereka wajib untuk diketahui malah dihentikan. Kenikmatan yang sulit tergambarkan memancar dari alat itu.

Padahal…

Dalam seluruh kajian ilmiah menjelaskan kompenen otak bernama dopamine yang termonopoli dengan algoritma media sosial. Kesendirian, perenungan, kekosongan, seakan teralihkan dengan geser-geser layar. Lebih baik memandang smartphone daripada memandang wajah ulama, barangkali seperti itu kasarnya. Banyak sudah konten yang membahas tentang bahaya kecanduan konten. Budaya fomo di negara kita sudah mendarahdaging, sampai-sampai kalau ada orang yang tidak tahu sedikit saja tentang perkembangan berita dianggap kuno bahkan dihina. Indonesia Raya berubah jadi Indonesia Maya, bilang sebagian conten creator.

Kembali ke pertanyaan di atas, terjawab bukan? Pesantren salaf sudah melarang santrinya sejak lama untuk tidak terjerat algoritma. Menjaga kesehatan otak itu pentingkan? Syukur-syukur kalau kontenya bermanfaat, kalau tidak? Hiduplah Indonesia Mayaaaaa……

Memang benar, kalau yang memang algoritma itu diri kita sendiri. Algoritma berjalan tergantung dengan apa yang paling sering kita cari dan sukai pada papan pencarian. Namun, bukankah platfrom-platform menawarkan fitur promosi konten? Dengan cara menyelipkan satu-dua konten pada algoritma kita yang sudah tersusun rapi. Dari situ, terpancing kita menekan tombol suka tertampil pula lebih banyak konten serupa. Terus begitu saja kerjanya.

Dopamine itu, adanya di otak. Otak itu organ. Organ itu bisa dilatih, karena manusia memang diciptakan untuk menyesuaikan. Baik pada lingkungan ataupun diri sendiri. Kalau tidak sesuai, jadilah hancur sehancur-hancurnya. Tidak percaya, ada dalilnya kok;

Q.S Ar-Ra’d (13): 11

…اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ…

“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…”

Pepatah Arab juga bilang;

لَوْلاَ الْوئَامُ لَهَلَكَ الْأَنَامُ

“Andaikan tidak ada adaptasi niscaya manusia akan sirna”.

Perlu dipahami juga, kalau tulisan ini hasil dari geser-geser konten dengan dopamine orang manusia normal. Hasil dari peraturan dalam pertanyaan di atas. Hebat? Tidaaaak… cuma lebih waras saja. Hati-hati wahai warga sipil, negara kita darurat algoritma. Kasus asusila lebih membludak dari penghargaan atas karya. Memuji jadi jijik, menghina malah bangga, ditularkan pula.

Jadi….

Arahkan algoritma serta dopamine pada konten-konten bermanfaat macam yang ada di El-Mahrusy Media dengan slogan “Religius dan Genius” akan menghantarkan anda semua kepada gerbang intelektual dan spiritual. Menahan derasnya kasus-kasus unfaedah dengan kajian penuh berkah. Meski sekarang laman macam ini sering sepi, namun semangat kami tidak akan pernah mati. (Emot api)

Muuah. Dadaaahhh……. Sampai jumpah…

About Post Author

Abidzar Maulana

Ingin bisa segalanya, termasuk menulis

abizar.mg12@gmail.com

Happy

0 0 %

Sad

0 0 %

Excited

1 100 %

Sleepy

0 0 %

Angry

0 0 %

Surprise

0 0 %