“Kenapa harus kuliah?”
Entah kenapa pertanyaan itu masih saja laku diperjualbelikan, untuk diberikan dan dikonsumsi akal sehat.
Semua sepakat, meski terdengar paradoks, bahwa kuliah adalah bentuk usaha mencari ilmu dalam skala universal yang spasial. Untuk urusan dapat pengalaman, relasi, hingga jodoh, itu hanya bonus. Esensi, orientasi, dan substansi dari kuliah, ya demi pengetahuan: nggak perlu dalil soal itu. Gelar juga merupakan keniscayaan. Pengetahuan pun kini dituntut validasi dan verifikasi untuk dunia kerja yang nyaman dan menjamin: bangku perkuliahan menjawab itu.
“Nyatanya, orang kuliah belum tentu berilmu. Dan untuk bisa kerja, nggak harus kuliah!” Celotehnya, bersungut menyulut, lagi.
Sebelumya maaf, Paduka, mungkin bukan ’belum tentu berilmu’. Karena setiap orang yang hidup di lingkungan akademis, pasti berilmu. Hanya saja, dalam tarafnya masing-masing.
Lalu untuk ’bisa kerja nggak harus kuliah’, itu benar. Saya setuju. Pekerjaan bukan hanya untuk mereka yang sarjana. Kuli juga bisa disebut kerja, dan kita sepakat nggak ada masalah untuk pekerjaan yang dilakukan dengan cara dan tujuan yang baik. Tapi jika seperti itu, pasti akan merepotkan. Karena setiap hal pasti ada baik buruknya. Jika buruk yang dicari, pasti akan buruk yang ditemu. Jika kaca mata kita kotor, pasti pandangan kita juga akan kotor: bukannya begitu?!
Dengan semua hal yang mengeruh, saya malah teringat dengan ucapan seorang penulis buku ‘Santri Ideal: Cerdas Intelektual, Kokoh Spiritual’, Kang Ahmad Nahrowi S.H. menjawab persoalan serupa dengan analogi:
“Kita kuliah ibarat kita punya alat pancing. Dengan kita kuliah, kita punya alat pancing dengan kualitas yang baik: kuat dan menjangkau jauh. Memang, nggak setiap memancing itu pasti dapat ikan. Dan pancingan bambu sederhana nggak meutup kemungkinan nggak bisa dapat ikan.
Tapi, ketika Allah memberi kesempatan dengan tersangkutnya ikan besar di kail, kita nggak khawatir akan hal itu. Bagi kita yang mempunyai kualitas pancing yang baik, besar kemungkinan kita akan mendapatkan ikan itu.”
Dari sini bisa dipaham? Dapat poinnya?
Lagian kenapa harus dibuat ribet? Bisa kuliah, alhamdulillah. Nggak bisa kuliah, ya nggak apa-apa.
Di manapun kita berada, tetaplah belajar. Teruslah memperbaiki kualitas pancing dan bersabar untuk ikan yang nggak pernah kita duga.
Tan Malaka pernah berkata:
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.”
Dengan itu, nggak usah capek-capek mencari pembelaan untuk kemalasan sialan itu!