Usai cuti selama beberapa bulan lamanya, kini pengajian Kitab Syamail aktif kembali sebagai salah satu agenda Bulan Romadhon. Malam ini, ba’da sholat Magrib berjamaah dan menunggu penetapan satu Romadhon 1446 H seluruh santri Asrama Darsyi berkumpul di Aula Al-Fatah guna mengikuti pengajian Syamail yang akan di isi oleh Ning Ochi.
Di Jum’at malam yang penuh barokah sekaligus bertepatan dengan malam 1 Romadhon, Ning Ochi memberikan untaian bait-bait sekapur sirih kepada santri Asrama Darsyi. Ning Ochi ngendikan, “Malam satu Romadhon adalah malam nadroh, yaitu malam Allah mengkhususkan perhatian terhadap hambanya,” tutur beliau membuka pengajian.
Kemudian beliau juga dawuh bahwasannya malam satu Romadhon merupakan malam untuk caper kepada Gusti Allah agar mendapatkan ridho-Nya. Karena kalau Gusti Allah sudah ridho derajatnya sudah diatas wali.
Selanjutnya sebelum memulai pengajian Syamail, beliau dawuh, “Ridho Allah merupakan anugrah dari Allah yang sangat adzimah atau besar sekali,” tutur beliau mengakhiri intermezzo.
Bismillahirromanirrohim, memasuki bab ketiga fashlun awal, menjelaskan tentang pakaian kanjeng nabi yang selalu rapi mulai dari baju gamis beliau, sarung, selendang, peci, dan imamah.
Dari fasal ini Ning Ochi menjelaskan bahwasannya baju perempuan itu lebih baik memanjang ke bawah agar tidak terlihat auratnya. Sedangkan untuk lak-laki itu bajunya memang lebih pendek. Selain itu sunnah hukumnya memakai legging seperti halnya yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ning Ochi menceritakan suatu kisah dari Hubabah Ummu Salim yang tak lain adalah istri Habib Umar bin Hafidz, bahwa beliau senantiasa memakai legging karena beliau malu jika auratnya terlihat oleh bumi. Masyaallah.
Maka dari itu, di Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah diwajibkan memakai legging ketika kegiatan seperti sekolah, ngampus, madin, dan acra-acara di luar pondok lainnya.
Selanjutnya Ning Ochi menjelaskan bahwa Rasulullah merupakan sosok yang sederhana, tidak menimbun harta, dan jika memiliki uang akan dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan, ketika uangnya telah habis beliau ngendikan, “Saatnya aku istirahat,” yang mengisyaratkan seolah-olah ketika beliau memiliki harta harus segera dibagi-bagikan.
Redaksi selanjutnya menjelaskan tentang macam-macam tipe pakaian, diantaranya yang pertama yakni al mahmud atau terpuji, yang dimaksud pakaian terpuji disini adalah pakaian yang dikenakan karena Allah ta’ala dan taat kepada Allah ta’ala.
Ning Ochi juga menjelaskan, “Jika ada tamu Rasulullah akan berapi-rapi dalam rangka menghormati tamu,” tutur beliau.
Akan tetapi beliau memberikan pengecualian ketika sedang berperang. Jika dalam perang tidak apa-apa memakai baju yang bagus atau bergaya atau sok-sokan karena jihad fii sabilillah dengan tujuan agar berwibawa seperti halnya yang dilakukan oleh Sahabat Abu Dardak.
Kemudian, jenis pakaian yang kedua adalah al madzmum atau pakaian yang tercela, yakni pakaian yang dikenakan untuk sekedar bergaya, dalam artian tidak dapat dipraktikan dalam kehiduapan sehari-hari.
Terakhir, yakni pakaian jenis la yuhmadu wa la yudzamu, yakni pakaian yang biasa-biasa saja tidak terpuji juga tidak tercela. Jenis pakaian yang ini adalah pakaian yang mudah dan simple untuk dikenakan.
Wallahu a’lam.