Kediri, Elmahrusy Media.
Hari libur telah tiba!
Senin, (17/03) atau 17 Ramadhan yang bertepatan dengan malam Nuzulul Qur’an, Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putra Lirboyo mengadakan pembekalan untuk arus mudik para santri.
Rombongan mudik yang seharusnya jatuh pada esok hari (18/03), tetap tidak mengecualikan untuk rombongan yang memiliki jadwal mudik nanti malam, sebut saja seperti rombongan mudik santri asal Kalimantan.
Pada kesempatan kali ini, selepas mengimami sholat isya dan tarawih di mushola, Gus Reza memberikan sambutannya, pengarahan sekaligus pembekalan untuk para santri yang akan mudik ke kampung halamannya masing-masing.
“Saya ingin menyampaikan kepada kalian ketika sudah berada di rumah, tolong dijaga almamater pondoknya, tolong dijaga predikat santrinya.”
Hal ini penting disampaikan, bahwasanya santri saat pulang tidak hanya soal pribadinya saja, tapi juga semat pondok dan santri yang harus mereka bawa di pundaknya, saat pulang dan membaur dengan masyarakat.
Itu kenapa Gus Reza mengingatkan untuk terus menghiasi diri dengan akhlak yang baik, baik dari ucapan ataupun penampilan.
“Hiasilah diri kalian dengan akhlakul karimah. Dijaga ucapannya, lisannya, tata bahasanya. Bagaimana caranya berbicara dengan orang tua. Harus ada bedanya, ucapan sebelum mondok dan sesudah mondok.”
“Juga yang tidak kalah penting, perhatikan tata busananya, pakaiannya. Bagaimana selayaknya santri berpakaian. Auratnya jangan sampai terlihat. Jika sebelum mondok masih sempat memakai celana pendek, setelah mondok tinggalkan celana itu.”
Karena selain ucapan, seseorang juga akan dilihat dari cara berpakaiannya. Apalagi santri yang lama di pondok dan tidak pulang-pulang, sontak akan menjadi tolak ukur penilaian masyarakat di rumah.
”Akhlak itu yang terpenting. Terutama kepada orang tua. Saya berpesan, saat pulang, yang dituju itu langsung rumah, langsung bertemu dengan orang tua kalian. Salami mereka, cium tangannya. Jangan mampir ke mana-mana. Orang tua kalian pasti sudah menunggu.”
Ini yang diresahkan Gus Reza, tidak sedikit santri saat mudik tidak langsung pulang ke rumah, malah mampir ke rumah teman atau yang lainnya. Sedangkan orang tuanya sedang menunggu khawatir.
Juga perihal bersalaman, mencium tangan orang tua. Gus Reza memberi cara bersalaman yang benar terhadaporang tua.
“Menyalami oraang tua itu, raih tanganya, cium dan kecup. Sekarang orang tuh aneh-aneh, bersalaman hanya ditempelkan di pipi, hanya ditempelkan di kening. Itu salah. Salaman itu kita cium dan kecup tangan orang tua.”
Selain itu, Gus Reza juga berpesan untuk tetap berpegang teguh dengan apa yang diajarkan di pondok pesantren, terutama ilmu fiqih dan ilmu syariat lainnya. Beliau juga mengingatkan untuk membawa nadzom, kitab-kitab, dan buku pelajaran ketika sudah di rumah.
”Meski sudah di rumah, tetap pegang teguh dengan apa yang sudah diajarkan di pondok pesantren. Kalian harus tetap sholat, tetap jama’ah. Kalau bisa, bagus lagi, apalagi sampai melaksanakan sholat sunah rawatib. Apalagi sampai tetap istighotsah.”
”Perlu diingat juga, satu bulan kalian dirumah, kalian tetap akan kembali ke pondok pesantren. Kalau pulang, janga lupa nadzamnya di bawa. Kalau pulang, janga lupa kitab-kitabnya dibawa. Kalau pulang, jangan lupa buku pelajarannya dibawa.”
Hal yang beliau sampaikan dan ingatkan dengan betul, adalah perihal hubungan dengan lawan jenis.
“Saya minta betul, kalian harus menjaga hubungan dengan lawan jenis. Saya khawatir. Meski hampir satu tahun di pondok, tidak menutup kemungkinan untuk hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi harap diperhatikan betul.”
“Juga pengurus,” beliau tidak melewatkan hal ini, “saya harap kepada kalian, boleh pulang setelah santri pulang, dan kembali lagi ke pondok sebelum para santri kembali ke pondok. Kalian itu khodim, kalian itu juru laden santri-santri. Harus mempersiapkan semua kebutuhan santri. Jangan ruwet, pengurus kok diurus?!”
Hal yang tidak kalah penting untuk beliau sampaikan, tidak hanya soal para santri yang mudik, tapi juga kepada para santri yang tetap menetap di pondok pesantren.
“Bagi santri yang tidak pulang, baik karena tirakat atau hal lain, ingin menikmati sepinya pondok atau ingin menjadi raja. Kenapa saya mengatakan menjadi raja, karena pada saat itu, kalian yang tidak pulang bisa bebas ke jeding tanpa ngantri, bisa bebas masuk kamar manapun. Itu yang dimaksud raja.”
”Saya tetap titip, meski kalian tidak pulang, tolong jaga pondoknya.”
Karena memang, pernah kejadian ada orang yang tidak dikenal itu masuk ke pondok. Itu harus diwaspadai.
“Tetap hati-hati, tetap waspada!”
Di penghujung, Gus Reza menyampaikan “Semoga semua tetap mendapatkan keberkahan bulan Ramadhan, mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah, dan mendapatkan ridho guru, para masyayikh.”