web analytics
AD PLACEMENT

Sepi, Sendiri, Menyendiri

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:7 Minute, 11 Second

Pernah nggak sih kalian lihat, ketemu orang yang selalu menghindar dari keramaian. Suka menyendiri. Entah mereka yang pernah ditemui di pondok dengan sering menyendiri di tangga asrama dengan alasan kamar sumpek. Atau yang ditemui di kampus dengan sering menyendiri di teras kelas dengan alasan kelas berisik. Atau juga yang kalian temui di berbagai acara dan tiba-tiba keluar dari keramaian dengan alasan cari angin. Lalu, juga pada cafe-cafe, taman-taman, perpus-perpus, atau masjid-masjid sekalipun.

Kita sering kali bertemu dengan mereka. Menanggapi itu, tentu sikap kita beragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang ngehujat, ada yang iba, atau bahkan sempat menghampirinya dan berusaha untuk menghibur.

“Apakah benar ia terhibur?” Belum tentu.

Dan beruntung banget, penulis dapat konsep tentang kesendirian.

AD PLACEMENT

Aslinya konsep ini terlalu panjang dan jlimet. Karena keterbatasan, penulis cuma bisa sharing sedikit. Sekiranya bermanfaat. Maaf, ya.

Di konsep itu, kesendirian terbagi menjadi 2; ada kalanya yang negatif, yang dinamai dengan loneliness atau kesepian. Ada kalanya yang positif, yang dinamai solitude atau menyendiri. Lalu, sendiri itu fakta. Karena memang kenyataannya kita itu sendiri. Hakikat hidup, kita itu terlahir seorang diri dan mati pun seorang diri.

“Kita lahir dan akan mati sendiri. Di antara dua kenyataan tersebut kita menciptakan seribu satu ilusi tentang kebersamaan, yakni semua jenis hubungan, pertemanan, permusuhan, cinta dan kebencian. Kita menciptakan aneka halusinasi hanya untuk menghindari fakta bahwa: kita adalah sendirian. Namun apapun yang kita lakukan, kebenaran tidak dapat berubah. Seperti itulah adanya, dan dari pada berusaha untuk melarikan diri darinya, jalan terbaik adalah bergembira di dalamnya.” –(Osho, The Sound of One Hand Clapping).

Kesepian itu rasa. Karena memang rasa sepi itu dorongan, suatu perasaan jiwa yang menunjukkan pada sepi. Sepi bukan tentang sedikit dan banyaknya orang di sekitar kita. Memang itu suatu perasaan alami yang tumbuh dari dalam diri. Makanya ada ungkapan, “merasa sepi di tengah keramaian.”

AD PLACEMENT

Dan menyendiri itu upaya. Ya, memang ada kesengajaan dalam diri bahwa ia memang ingin sendiri. Hanya ingin sendiri.

Simplifikasinya, sendiri belum tentu kesepian. Kesepian belum tentu sendirian.

Bedakan antara kesepian dan menyendiri. Belum tentu usaha kita menghampiri  untuk menghibur orang yang sedang sendiri, ia itu akan merasa senang. Malah bisa saja orang itu malah terganggu dengan kedatangan kita dan memang ia hanya ingin sendiri. Ingin menyendiri.

Dengan ini, para cendekia berkomentar mengenai sepi.

AD PLACEMENT

“Kesepian tidak datang karena tidak adanya orang di sekelilingmu, namun karena engkau tidak mampu mengungkapkan segala yang menurutmu penting.” -(Carl Jung).

“Biar kuberi tahu engkau: kalau engkau bertemu seorang penyendiri, itu bukanlah karena mereka menyukai kesendirian, namun karena mereka sebelumnya telah berusaha keras untuk membaur ke dalam dunia, dan orang-orang selalu mengecewakannya.” –(Jodi Picoult, My Sister’s Keeper).

“Rasa kesepianku lahir saat orang memuji omong kosongku dan mencela kediaman bijaksanaanku.” –(Khalil Gibran, Sand and Foam).

Kenapa loneliness atau kesepian itu negatif? Karena memang menurut penelitian, jika orang merasa kesepian ia akan menyalahkan diri sendiri. Self-Esteem atau kebanggan pada diri sendiri akan runtuh. Jika sudah begitu, maka ia akan stres berat dengan meningkatnya kortisol, sistem imun berantakan, dan mudah sakit. Resiko kematian meningkat. Karena memang pada dasarnya stres berat itu setara dengan merokok 1 bungkus per hari, lebih buruk dari obesitas, lebih berpengaruh dari pada tidak mau berolahraga.

Lalu, secara pembagiannya, kesepian terbagi menjadi 6;

  1. Kesepian emosional = tidak ada yang dirasa dekat dan bisa disandari.

Hal ini nggak ada hubungannya dengan adanya banyak orang atau tidak, tapi memang jiwanya memang sepi. Meskipun di suatu tempat ia bersama banyak orang, ia tetap merasa sendiri. Berarti apa? Emosionalnya yang kena. Meski banyak orang di sekitar, ia tetap merasa menjadi orang asing.

  1. Kesepian sosial = kurangnya jaringan sosial.

Kalau ini soal kuantitas. Semakin dikit teman,semakin kecil jaringan sosial, semakin ia merasa kesepian. Kalau emosional itu kesepian dari dalam, kesepian sosial itu kesepian dari luar.

  1. Kesepian eksistensial = rasa terpisah/berbeda dari yang lain.

Kesepian yang terasa karena berbeda dari orang lain. Saat pesta yang lain suka dengan musik pop, tapi ia suka dengan musik dangdut, pasti ia akan merasa sendirian. Kesepian.

  1. Kesepian sementara = hanya di waktu tertentu.

Kesepian yang hanya di waktu tertentu. Seperti di setiap waktu malam akan muncul rasa kesepian, tapi tidak saat siang. Hanya merasa sepi di malam hari saja.

  1. Kesepian kronis = senantiasa merasa sepi.

Saat sudah kronis, maka di setiap harinya akan selalu merasa kesepian. Seperti saat putus cinta. Maka pasti harinya selalu merasa kesepian. Kronis.

  1. Kesepian situasional = hanya dalam situasi tertentu.

Kesepian ini hanya di situasi tertentu. Mungkin saat akhir bulan tidak punya uang karena tidak adanya teman. Atau juga saat muhasabah atau nilai kuliah sedang jatuh.

Jika kita menemukan orang seperti itu atau bahkan diri kita lah yang menjadi objek sebagai orang yang sering merasa kesepian, kita bisa merubah hal itu menjadi sesuatu yang positif. From loneliness to solitude. Bagaimana caranya?

  1. Acceptance dan reflections.

Kita harus menerima kesendirian itu dan renungi sebab apa kesendirian itu hadir.

  1. Self development.

Setelah itu, didiklah diri. Perbaikilah diri, selagi ada yang harus diperbaiki. Ubah pandangan bahwa kita tidak seperti apa yang dirisaukan selama ini. kita bisa menjadi pribadi yang baik dengan baur dalam ruang sosial yang baik pula.

Selagi itu baik, jangan berhenti melakukan apa yang kita inginkan. Jangan berhenti berkarya. Lakukan apapun yang sekiranya baik, meski sendirian. Hidup tetap harus berlanjut.

  1. Social support.

Yakinlah bahwa selalu ada orang yang selalu membantu kita. tegaskanlah bahwa orang-orang akan membantu kita dengan semampu mereka.

Jangan lupa, bahwa kita punya Tuhan. Ia selalu membantu hambanya. Keagamaan harus ditingkatkan. Kuatkan ikatan ketuhanan.

Dalam hidup, harus ada keberanian untuk sendiri. Tentu ada keutamaan di sana.

“Adalah mudah untuk tegak dalam kerumunan, namun memerlukan keberanian untuk tegak sendirian.” –(Mahatma Gandhi).

Tentu sangat mudah untuk kata berani dalam kebersamaan. Karena memang pada saat bersama, seseorang tentu akan mudah untuk berani. Berantem jika dibarengi dengan ramai bersama teman, tentu akan pd untuk berani maju. Tapi, berbeda lagi jika ia sendirian dan ia tetap berani.

“Seseorang bisa menjadi dirinya sendiri selama dia sendirian. Dan jika dia tidak menyukai kesendirian, dia tidak akan menyukai kebebasan; karena hanya ketika dia sendirian dia benar-benar bebas.” –(Arthur Schopenhauer).

Bebas di sini maknanya 2; bebas melakukan apapun tanpa terhalangi dan bebas melakukan apapun tanpa bantuan orang lain.

“Jika engaku sendirian, engkau sepenuhnya memilki diri sendiri. Jika engkau ditemani oleh satu pendamping, engkau hanya memiliki sebagian dari dirimu sendiri atau bahkan kurang, sebanding dengan kesembronoan perilakunya. Dan jika engkau memiliki lebih dari satu pendamping, engkau akan jatuh lebih dalam ke dalam penderitaan yang sama.” –(Leonardo da Vinci).

Bersama akan membuat diri kita terbagi, karena kita memang ingin mengimbangi beradaptasi orang yang membersamai kita. Satu orang teman membuat kita tinggal setengah, yang setengahnya untuk teman kita itu. Seperti jika teman kita bilang, “aku nggak senang warna merah,” dan sedangkan kita ingin memakai baju warna merah. Tentu kita yang mencoba mengimbanginya, tidak akan jadi memakai baju merah. Diri kita yang ingin memakai baju merah akan tinggal setengah diambil teman karena ia tidak suka warna merah.

Juga semisal, ada teman datang nginap di kos. Ia tidak bisa tidur jika lampu menyala, sedangkan kita tidur lampu harus menyala. Kita tinggal setengah. Itu temannya baru satu.  Jika temannya tiga? Diri kita tinggal seperempat. Pasti pusing untuk nego dengan tiga orang teman yang mungkin memliki perbedaan soal lampu. “Saya nggak bisa tidur kalau lampu nyala.”, “Saya nggak bisa tidur kalau lampu kuning.”, “Saya nggak bisa tidur kalau nggak lampu disko.” Kan repot. Semalaman bisa nggak tidur kita hanya gara-gara soal lampu.

Jadi sendiri itu tidak selalu buruk. Harus berani akan kata sendiri dengan tetap bijak antara posistif dan negatif. Jangan cengeng!

“Kalau tentang introvert?”

Untuk hal introvert atau orang-orang yang tertutup, ada 3 unsur yang bisa dibahas; indikasi, implikasi, dan variasi.

Indikasi;

  • Berinteraksi dengan orang merasa capek/lelah.
  • Lingkaran pertemanan sangat kecil.
  • Lebih suka menghabiskan waktu sendirian.
  • Self-Healing terbaik: di rumah/kamar.
  • Tidak suka lingkungan yang berisik.
  • Lebih tertarik pada pekerjaan/aktivitas sendirian (independent).

Implikasi;

  • Memendam apa yang dirasakan, dan berharap orang lain mengerti.
  • Melakukan Silent-Treatment tanpa batas waktu hingga akhirnya menjadi asing dengan orang yang sebelumnya dikenal.
  • Sering kecewa kepada diri sendiri karena tidak seperti orang lain, dan akhirnya menyalahkan diri sendiri.
  • Terlalu berekspetasi lebih pada orang lain yang dianggap dekat, dan akhirnya kecewa.
  • Sering tidak-enakan sehingga sering dimanfaatkan orang lain.

 

Variasi;

  • Social Introvert: Suka juga bersosialisasi dan juga aktif, namun di circlenya sendiri.
  • Thinking Introvert: Bisa di tempat ramai, namun mengamati, diam, di pojok berpikir, menganalisis sekitar. Tenggelam dalam pikirannya sendiri.
  • Anxious Introvert: Setelah berinteraksi berpikir: “Aku salah ucap nggak, ya?, “over sharing nggak, ya?”, “Bagaimana komentar orang?”
  • Restrained Introvert: Tertutup, misterius pada awalnya, sulit cair, meski lama-lama bisa.

Dengan semua itu, tidak ada yang perlu ditanggapi dengan berlebihan. Kita jadi tau untuk bagaimana caranya bersikap.

Terima kasih sudah baca!

 

 

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
100 %

AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Kelelawar yang Mencari Ilmu

Kelelawar yang Mencari Ilmu

Menjadi Bu Nyai dan Kiai Tanpa Pesantren

Menjadi Bu Nyai dan Kiai Tanpa Pesantren

Lebih dari Sekadar Minuman

Lebih dari Sekadar Minuman

“Jangan Tanya Apa Saya Mau, Tanyakan Apa Saya Boleh!”

“Jangan Tanya Apa Saya Mau, Tanyakan Apa Saya Boleh!”

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

AD PLACEMENT