web analytics
AD PLACEMENT

Tangkai

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:3 Minute, 9 Second

Lagi-lagi tatapannya kosong pada luar jendela itu. Penuh buram, penuh suram. Badannya memang diam duduk di dalam kelas, tapi pikirannya melayang, menerawang ke mana-mana. Entah, wajah sendu perempuan itu terus terbayang.

“Hayo!”

Tubuhnya tersentak kaget.

“Apaan sih kamu, Ton!”

AD PLACEMENT
Also Read: Terang

“Yah, masih pagi udah bengong aja. Mikirin apaan sih? Bukannya kamu emang nggak pernah ngerjain PR Matematika, udah nggak usah suntuk gitu.” Ucapnya, lalu kembali pada buku di genggamannya.

“Ah, nggak asik nih! Yaudah aku ke kantin dulu, ya?”

“Iya.”

Also Read: Budak Ambisi

Toni berlalu, tapi wajah perempuan itu masih saja menggentayangi pikirannya sedari tadi. Huruf buku pun tak ada apa, kabur fokusnya. Bising riuh dalam kelas hanya mengganggu tenangnya pada bangku teras depan kelas. Sesekali ia membuang nafas kasar. Mengacak-acak rambut tebalnya.

AD PLACEMENT

Ia menatap ujung kelas sana; memegang buku, fokus pada huruf-huruf itu. Sesekali tertawa kecil bersamanya.

“…”

 

***

AD PLACEMENT

 

Also Read: Harapan | Cerpen

“Ini buat kamu!”

“Apa?”

Ia ambil buku itu.

Also Read: Menuju Ka’bah

“Kenalin aku Denis, anak sosial 3.”

Perempuan itu sedikit tak paham dengan maksud semua ini. Ia diam sesaat, hingga akhirnya ia sambut jabat tangan itu.

Memberikan buku?

Jabat tangan?

“Bunga, anak bahasa 1.”

“Aku rasa kamu suka buku, suka baca. Anggap aja itu sebagai tanda perkenalan kita.”

“Oh, tapi kayaknya makasih deh, Denis. Aku masih ingin baca buku ini dulu.” Buku itu kembali diberikan pada Denis yang berusaha tersenyum. Tak apa.

“Hm, oke.”

 

***

 

Batang pulpen itu masih saja ia putar dalam lentur jemarinya. Kertas ulangan tergeletak pasrah. Novel terbuka lebar, berganti lembar.

“Nggak kamu kerjain, Den?”

“Malas.” Denis menjawab singkat. “Nitip!”

Ia pindahkan lembar kertas ulangan itu ke meja Toni. Ia malah keluar, izin ke toilet. Katanya.

Nyatanya ia malah pergi ke kelas itu, menemui perempuan berwajah sendu yang sedang duduk di depan kelas dan tentunya dengan buku yang masih dalam genggaman

“Hai!”

Pandangan itu teralihkan. Menengok sebentar, tanpa sepatah kata, lalu kembali pada lembar buku itu.

“Kamu senang sekali membaca, ya?”

Perempuan itu masih saja diam.

“Pantas saja jika kamu selalu meraih juara kelas.” Lanjutnya.

Yang diajak bicara tetap tidak mengangkat wajahnya dari lembar buku, pada seseorang yang mungkin saja mengganggu waktunya bersama buku.

“Oh, iya. Kebetulan aku punya buku baru. Bagus. Ini best seller. Siapa tau kamu minat.” Lanjutnya lagi, tanpa menyerah.

Kepala itu terangkat, menengok sekilas. Hingga akhirnya, ia memilih buku yang sedang dibacanya. Kembali menengok, menghadap sempurna. Sendu.

Yang ditatap jadi salah tingkah serba salah.

“Wah, rupanya kamu sudah punya, ya?”

 

***

 

“Kamu udah kerjain rangkuman, Den?”

“Belum.”

Suasana kelas itu cukup riuh. Lalu lalang siswa, hingga angka-angka yang terlontar begitu dini. Tugas matematika mengacaukan kesyahduan pagi.

“Kok bisa? Mapel killer ini. Lagian Cuma sedikit, kok.”

“Mau sedikit, mau banyak kan kamu tau sendiri kalo aku paling malas sama yang namanya nulis.”

“Ya, Terserah.”

Toni menyerah. Hanya tersisa 15 menit sampai bel berbunyi, tanda dimulainya jam pelajaran.

“Ntar kalau gurunya masuk, bilang aja aku izin.”

“Kamu mau ke mana?”

“Umroh!” Ucapnya kesal seraya berlalu.

Tasnya bagai mau meletus. Terlihat ada yang sedikit berbeda darinya. Entah kenapa ia harus membawa tas besar dan berat sialan ini. Tapi tak apa, tidak ada gurat kecewa di wajahnya.

“Kali ini pasti berhasil!” Batinnya.

Ke mana lagi, jika bukan pada teras dan perempuan yang terduduk di bangku itu. Akhir-akhir ini wajah sendu perempuan itu telah menjadi mata pelajaran baru baginya, yang tentu ia pelajari dengan senang hati. Dengan rintik keringat, buku tebal itu dikeluarkan.

“Nih!”

Buku tebal itu tergenggam sempurna, terjulurkan, terberikan.

“Apalagi?”

Datar.

“Buku. Pasti kamu belum punya buku ini.” ia keluarkan buku tentang Laksamana Cheng Ho dan Sejarah Kelautan Nusantara.

“Tentang Laksamana Cheng Ho? Tentang seorang pelaut yang bernama asli Ma yang pada tahun 1405 hingga 1433 melakukan ekspedisi laut bersama dengan 100 kapal yang memuat 20 ribu kru kapal yang pada akhirnya Indonesia pun terkena dari salah satu titik pemberhentian.”

“Kamu hafal?”

 

***

 

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tagged with:
cerpenCheng Ho
AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Terang

Terang

Budak Ambisi

Budak Ambisi

Mencari Pengganti Cincin Emas

Mencari Pengganti Cincin Emas

Harapan | Cerpen

Harapan | Cerpen

Menuju Ka’bah

Menuju Ka’bah

Teguran Abah Yai | Cerpen

Teguran Abah Yai | Cerpen

AD PLACEMENT