web analytics
AD PLACEMENT

5 Tempat Nangis Recommended Bagi Santri Baru

AD PLACEMENT
1 0
Read Time:4 Minute, 11 Second

Santri baru adalah makhluk yang berperasaan. Ia adalah pemegang tahta tertinggi dalam hierarki makhluk paling sensitif, pikiran yang paling utuh, hati paling mudah tersentuh: dari sekian manusia bersarung lainnya.

Mereka ringkih.

Merintih.

Tertatih.

AD PLACEMENT

Perih.

Rapuh.

Runtuh.

Hampir jatuh.

AD PLACEMENT

Mereka begitu krisis fundamental diri. Segala beban adaptasi yang nggak kunjung datang, juga hantu bayang-bayang hangat rumah dan orang tersayang, tenang nggak menemukan jalan pulang.

Haha, apaan sih? Pokoknya buat para santri baru yang terbebani dengan sedih, jangan ragu menangislah! Lepaskanlah! Luapkanlah! Aaah!

“Aku kan linglung, Bang!”

Sebagai orang yang pernah jadi santri baru, saya tutor nih tentang 5 tempat nangis recommended bagi santri baru.

AD PLACEMENT
  1. Hujan.

Sejatinya, hujan bukan soal tempat. Tapi, pada saat hujan, semua lokasi bisa dijadikan tempat untuk nangis. Waktu hujan adalah masa yang paling rendah bagi santri baru untuk menangis. Karena memang bisa disembarang tempat. Kata orang, menangis di waktu hujan nggak akan terlihat karena tertutup rintiknya.

Durasi nangis sambil mandi hujan masih dirasa aman untuk demam yang mengintai, selama unit kesehatan pondok ready dan koperasi pondok masih sedia paracetamol. Meskipun begitu, nangis sambil mandi hujan nih enak. Terasa segar. Nggak perlu mandi lagi apalagi mengantrinya. Tapi, kalau lagi musim kemarau, ya mau nggak harus nahan dulu 6 bulan sampai datang bulan oktober sampai maret, sampai datang musim hujan. Apalagi nangis sambil mandi hujan yang menyebabkan banjir, enak, nangisnya lebih menghayati. Bisa juga nangis sambil renang. Seru.

  1. Jeding.

Jeding atau kamar mandi adalah destinasi kedua yang bisa dicoba santri baru untuk nangis. Di sana, tentu akan mendapatkan ruang kehampaan dengan lebih bisa mengenali diri sendiri, tanpa ada siapapun: muhasabah. Ruang yang sempit, lembab, gelap, kedap, dan ditambah suara tik-tik keclak air sempurna sudah dukung tangis itu. Bulir air mata nggak akan pernah sungkan untuk keluar dan mengalir pada sembab pipi.

Pada saat seperti ini, tentu posisi sangat menentukan. Ketika kesungkanan untuk hal segala air mata di hampa kesendirian, nangis sambil BAB adalah cara yang mesti dicoba bagi santri baru. Manfaatnya, selain melatih otot perut dan leher, ngeden ngeuhue’ untuk suara plung-plung pada wc itu juga membantu naik turun, tinggi rendahnya ritme nada tangis. Tentu badan akan memanas. Bagai sauna, keringat yang keluar membantu peremajaan kulit. Kulit tampak glowing, wangi, dan berseri. Kurang apa?

  1. Maqbaroh.

Mungkin destinasi ketiga ini agak butuh adaptasi dan caourage. Karena sulit mencari kata sepi pada maqbaroh atau makam masyayikh. Nggak mengenal waktu, santri punya time-nya masing-masing untuk ziaroh bersimpuh pada guru-gurunya dengan berbagai aktivitas yang taqarruban ilallah.

Alasan kenapa santri baru direkomendasikan menangis di maqbaroh, pertama, pastinya hal ini akan menimbulkan ta’aluq guru dan murid. Beliau-beliau yang tetap hidup di alam lain akan melihat sedih-sedih kalian, sebagai santrinya. Beliau akan melimpahkan do’a untuk santrinya.

Kedua, tentu akan ada kesan, “masya allah!” dari para santri lain yang melihat kalian menangis. Apalagi di tangan kalian tergenggam nazhom Alala atau Al-Qur’an sekalipun. Orang-orang menyangka, “masya allah, baca Qur’an sampai menangis, saking menghayatinya!”

Tuhkan. Boleh dicoba nih!

  1. Tebu-tebu.

Tebu-tebu adalah tempat yang harus diperhitungkan. Pondok-pondok yang menyatu dengan alam seperti HMP ini, dirasa perlu bagi santri baru yang kebakaran jenggot dalam mencari tempat untuk nangis. Tebu-tebu bisa diperhitungkan, karena di sana menyajikan selain nuansa sepi, juga hembus semilir sepoi-sepoi angin yang turun menyapa dari bunga tebu, ke batang, lalu pada ujung daun yang menjuntai.

Nggak ada yang dipermasalahkan tentang waktu, kapanpun tebu-tebu tetap welcome memberi payung keteduhan. Tapi dari saya sendiri menganjurkan untuk menangis di waktu sore. Karena waktu pagi adalah waktu di mana keluarnya ular untuk mencari makan, dan waktu siang sebagai waktu di mana pulangnya ular dari mencari makan.

“Ah, siang panas!”

Jangan takut. Rimbun dedaunan akan menghalangi panas sinar mentari atau apapun yang mengganggu lepas suara cengeng kalian, -kecuali ular itu.

“Kalau malam?”

Nggak apa-apa. Karena malam cuma jadi waktu nongkrongnya ular-ular di samak tebu-tebu. Rada aman, karena jam makannya kan pagi sampai siang. Tapi, nggak tau juga kalau tiba-tiba ada ular yang lapar lagi.

Makanya saya anjurkan menangis di waktu sore. Apalagi nangis ditemani riuh angin dan kicau burung angkasa, sesekali menghirup nafas segar. Mengelap ingus pakai daun tebu juga nggak apa-apa. Pelan-pelan tapi. Dari pada nanti ingusnya hilang sehidungnya. Kan repot!

  1. Wartel.

Ini mungkin jadi tempat terakhir yang bisa dicoba oleh santri baru. Saat memang sudah benar-benar tidak kuat untuk menahan segala gejolak di dada, nelponlah orang rumah di wartel-wartel yang terhampar di seluruh pondok. Tentu akan ramai. Tentu harus ngantri. Namanya juga mondok. Namanya juga santri. Ya, harus sabar mengantri.

“Wartel yang recommended, Bang?”

Untuk itu mungkin kalian bisa ke wartel Koboy Kolot di HY, belakang parkiran sepeda-sepeda. Selain nggak rada ramai, di sana enak ada banyak pohonan. Untuk tarif, nggak jauh beda. Ya, paling rada beda 2 ribu buat yang all operator. Terus juga udah terjamin game snake xenzia untuk pelarian dari telpon yang nggak diangkat, di luar jangkauan, ataupun panggilan dialihkan.

Pesan saya, selain bawa KTK, jangan lupa buat pesan Indomie kuah dan Marimas Anggur!

Selamat menangis!

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tagged with:
elmahrusy IDopini
AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
“Jangan Tanya Apa Saya Mau, Tanyakan Apa Saya Boleh!”

“Jangan Tanya Apa Saya Mau, Tanyakan Apa Saya Boleh!”

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

AD PLACEMENT