وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ ٣٠
“Dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?” (QS. Al-Mu’minun ayat 30)
Apa jadinya jika kita hidup tanpa air?
Dalam kehidupan ini rasanya, tidak pernah terbayangkan bahwa dunia tanpa air. Kita yang melakukan segala aktifitas tidak lekat rupanya, pasti selalu bersinggungan erat dengan air. Bahkan untuk sekedar kata musim kemarau, apa semua hal tentang air jadi begitu kemarau, lenyap, dan musnah? Hujan, sumur, laut, sungai, minuman, hingga air mata? Begitu melekatnya.
Karena memang, percaya tidak percaya, bahwa sebagian besar bagian bumi kita adalah air. Lebih dari itu, bahkan sebagian besar dari diri kita sebagai manusia juga adalah air. Menarik diketahui bahwa air merupakan tiga perempat bagian bumi, dan diri kita pun, manusia, memiliki jumlah prosentase air yang serupa.
Itu kenapa, sebagaimana juga kutipan ayat di atas, ini berarti segala yang hidup membutuhkan air, pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air. Kebenaran pernyataan tuhan ini telah terbukti melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan ataupun tumbuhan. Sedang Biokimia menyatakan bahwa air, adalah unsur yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi itu sendiri. Sedangkan Fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.
Banyak hal yang perlu kita sadari dari penciptaan air. Bagaimana kita tahu, bahwa air adalah salah satu ciptaan yang unik. Apa pernah kita sempat berpikir dengan bentuk dan tekstur air yang sedemikian uniknya, terpisah-pisah, sehingga mudah untuk ditelan? Sehingga ia mudah menyerap ke tanah?
Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam kitabnya, al-Hikmah Fi Makhluqatillah:
ثم انظر لطافة الماء ورقته حتى ينزل من الأرض ويخلخل أجزائها فتتغدى عروق الشجر ويصعد بلطافته بواسطة حرارة الشمس الى أعالى الشجر والنبات
Kemudian lihatlah kelembutan dan kelembutan (tekstur) air hingga dapat meresap ke permukaan tanah dan dapat memisah bagian-bagiannya, menyuburkan akar-akar pepohonan, dan menguap dengan kelembutannya, menembus panasnya matahari, hingga ke pucuk-pucuk pepohonan dan tumbuh-tumbuhan.
Air adalah benda cair yang terdiri dari oksigen dan hydrogen dalam kadar-kadar tertentu. Setetes air terdiri dari jutaan atom yang berbeda-beda jenis. Molekul-molekul pada zat cair saling berpegangan, tetapi tidak terlalu erat, sehingga dengan mudah dapat lepas dan berpindah ikatan. Allah membuatnya sedemikian rupa, sehingga kita tidak perlu mengunyah air, cukup meneguknya, dia dengan segera mudah masuk ke kerongkongan. Air mendidih pada suhu 100°C; jika temperature turun sampai ke bawah 0°C, maka air akan membeku menjadi es, dan bila temperatur berada di atas 110°C, maka air akan menguap.
Hal menarik perihal beku dan mendidih.
Apakah kita tidak sadar perihal fenomena es, yang mengambang di air? Padahal es adalah air itu sendiri. Kenapa es, air yang membeku itu tidak menyelam masuk ke permukaan? Bukankah es yang membeku jadi memiliki berat?
Air telah Allah ciptakan sedemikian rupa, sehingga ia memiliki keunikan dibanding cairan yang lain. Lihatlah es, ia menjadi lebih ringan dari air, karena itu ia mengapung. Mestinya, apabila kita perhatikan benda-benda lain, es itu akan tenggelam. Itulah salah satu sifat air yang unik. Kita bisa bayangkan kalau sekitainya air tidak bersifat demikian -yakin es tidak mengapung- maka air di planet kit aini, lebih-lebih di musim dingin, akan terperangkap dalam es dan kehidupan tidak mungkin dapat berlanjut di laut, dan sungai -karena ketik itu es akan tenggelam, tidak mengambang seperti sekarang- dan air yang ada di bagian bawah akan naik ke permukaan dan ini pun pada saatnya akan menjadi es. Demikian seterusnya sampai air di bumi ini seluruhnya menjadi es.
Akan tetapi keadaannya tidak demikian. Ada penafsiran ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar tentang penyebab terjadinya keaadaan seperti demikian pada air. Akan tetapi, kalau kita bertanya mengapa air demikian itu sifatnya-berbeda dengan cairan yang lain, dan siapa yang berada di balik itu, semua-maka tidak ada jawaban yang diberikan kecuali bahwa itu adalah ciptaan Allah Swt., karena berkata kebetulan merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal.
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَاۤؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍࣖ ٣٠
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Terangkanlah kepadaku jika (sumber) air kamu surut ke dalam tanah, siapa yang akan memberimu air yang mengalir?’” (QS. Al-Mulk ayat 30)
Juga perihal air yang menguap karena panas sinar matahari, naik ke angkasa, dan menjadikannya proses sebab hujan?
Proses terjadinya hujan melibatkan penguapan (evaporasi), pengembunan (kondensasi), dan presipitasi. Air dari permukaan bumi menguap, naik ke atmosfer, mendingin dan berubah menjadi tetesan air (awan), lalu jatuh kembali ke bumi sebagai hujan.
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَسَلَكَهٗ يَنَابِيْعَ فِى الْاَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهٖ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهٗ حُطَامًاۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِاُولِى الْاَلْبَابِࣖ ٢١
“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia mengalirkannya menjadi sumber-sumber air di bumi. Kemudian, dengan air itu Dia tumbuhkan tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian ia menjadi kering, engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian Dia menjadikannya hancur berderai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang yang berakal.” (QS. Az-Zumar ayat 21)
Begitu juga dengan lain soal, kenapa Allah menciptakan air dengan rasa tawar dan apa jadinya jika air tidak terasa tawar? Pasti akan menyulitkan makhluk hidup. Tenggorokan kita akan terasa terbakar di setiap kali meminumnya.
لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ ٧٠
“Seandainya Kami berkehendak, Kami menjadikannya asin. Mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS. Al-Waqi’ah ayat 70)
Itu kenapa Imam Ghazali menjelaskan dala kitabnya, al-Hikmah Fi Makhluqatillah:
انظر وفقك الله الى ما من به سبحانه وتعالى على عباده بوجود الماء العذب الذي به حياة كل من على وجه الأرض من حيوان وتبات
Lihatlah, semoga Tuhan mengaruniai kesuksesan kepadamu, atas apa yang Dia anugerahkan. Maha Suci Dia, Yang Maha Tinggi, telah menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya dengan hadirnya air tawar, yang melaluinya kehidupan setiap hewan dan makhluk di muka bumi.
Satu hal yang tidak terbantahkan: memang sebegitu pentingnya air bagi kehidupan makhluk hidup. Tentu saja untuk kehidupan manusia itu sendiri. Air yaang digunakan untuk minum, melarutkan bubuk minuman, membantu proses memasak dan pembangunan, mencuci pakaian, memadamkan api, dan lainnya.
Hal ini selaras dengan sebuah cerita menarik:
Dahulu Harun ar-Rasyid penguasa Dinasti Abbasiyah saangat terkenal dan luas kekuasaannya itu (766-809 M) diingatkan oleh seorang ulama bernama Abu as-Samak ketika ar-Rasyid meminta segelas air untuk diminumnya. Ulama itu bertanya, “Seandainya Kita sangat kehausan dan tidak memperoleh air, berapakah harga yang bersedia Kita keluarkan untuk memperolehnya?” Harun ar-Rasyid menjawab, “Setengah dari yang kumiliki.” setelah sang penguasa itu minum, ulama tadi kembali bertanya, “Kini, sekitainya apa yang Kita minum tadi mendesak untuk keluar tetapi Kita tidak kuasa mengeluarkannya, berapakah yang siap Kita bayar agar ia keluar?” sang penguasa menjawab, “Setengah dari yang kumiliki.” Demikian segelas air dihargai oleh Harun ar-Rasyid dengan seluruh miliknya. Ini menunjukkan betapa kuat dan berharga air serta betapa sedikit arti kekuasaan dan kekayaan dibanding dan kekayaan dibanding dengan kebutuhan manusia kepada air.
Setidaknya ada hal yang bisa kita ambil pelajaran dari air. Air itu selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah yang mengajarkan kita tentang rendah hati. Juga air yang selalu sesuai dengan apa yang ia tempati yang mengajarkan kita untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Imam Ghazali menjelaskan dalam kitabnya, al-Hikmah Fi Makhluqatillah:
فانظر في عموم هذه النعمة وسهولة تناولها مع الغفلة عن قدرها مع شدة الحاجة اليها
Maka lihatlah dalam keumuman nikmat ini, bagaimana Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk mendapatkan air, tapi di sisi lain kita malah sering melalaikan nikmat tersebut yang padahal kita sangat butuh terhadapnya.