Di suatu malam, di jam yang hampir menunjukkan pukul 2 dini hari, saya terpaku di hadapan bukunya Christopher Chabris dan Daniel Simons. Dalam terpaku termenung di hadapan buku 372 halaman itu, membawa saya pada perasaan jatuh pikir: di beberapa detik saya masih gagal menaklukkan pahamnya.
Jujur, rapih atau nggaknya, buku saya banyak berderet terkumpul di rak atau lemari yang harus berbagi tempat dengan pakaian, kopeah, celengan, atau lainnnya. Seenggaknya dalam lingkup kamar pondok ini.
Alasan saya senang beli, simpan, atau tuju akhir outputnya dengan menulis, nggak lain dan nggak bukan karena memang saya senang baca. Sebuah kesenangan yang terus berusaha saya tingkatkan untuk lebih senang, senang, senang, cinta, dan menjadi bagian dari hidup.
Meski benar, nggak ada kesia-siaan dalam kebaikan, ada sedikit yang mengganjal. Karena diri, dari diri, untuk diri. Seenggaknya ada 3 hal. Pertama, kerap kali, susahnya untuk membaca buku sampai selesai. Tamat. Khatam. Saya masih sering loncat buku satu ke buku lain, mudah meninggalkan buku lama dengan banyak kata yang belum terbaca untuk buku baru dan hal-hal baru lainnya. Terutama pada buku-buku tebal, terutama pada buku-buku berjudul menarik.
Kedua, selain pun harus, bisa tamat baca buku, ada sedikit terburu. Buru-buru untuk tamat dan pindah baca buku yang yang lain. Meski nggak samua novel dapat mengikat antusias dari judul, penokohan, latar, alur, dan amanat yang disajikan, nggak mengecualikan buku-buku non fiksi ilmiah. Apalagi harus dengan bahasa baku kaku. Terlalu capek menekuk alis untuk berusaha menekan pikir, untuk cipta paham, banyak yang gagal.
Ketiga, tentunya untuk pengamalan. Dari sebuah paham yang coba juga agar tetap teringat, nggak mudah dicerca lupa itu, bagaimanapun tetap harus diamalkan. Seenggaknya kalau nggak dengan tindakan menuruti apa yang dibaca, saya harus menulis. Minimal mengamalkan dari kosa kata baru, alur baru, teknik menulis baru, gaya bahasa baru, ide baru. Bagaimana saya bisa membuat tulisan hebat dari bacaan hebat.
Tapi, apapun yang terjadi, semua butuh proses. Berkembang dengan sendirinya. Saya, kita hanya perlu memulai dan konsisten, roda proses dan kembang akan berputar sendirinya.
Semangat untuk tetap membaca.
Semangat untuk terus menulis.
Kita orang-orang hebat!