Malam Lailatul Qodr merupakan malam yang tiap langkahnya terdapat rahmat, segala bulirnya mengalirkan dirham dan setiap detiknya dinantikan sejuta Rahmat.
Malam nan indah untuk bersimpuh kepada-Nya, berharap menuai rahmat-Nya, dan bertengadah memohon ampunan-Nya. Malam yang dikenal dengan lailatul qadar itu merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan dan pada malam itu para malaikat turun mengucapkan salam kepada manusia yang berpuasa dan memohon ampunan-Nya.
Rasulullah menganjurkan kepada kita semua untuk terus berharap atas anugerah-Nya di malam lailatul qodr, meski malam lailatul qodr tersebut tak menentu kapan datangnya. Karena yang mengerti kepastiannya hanyalah Allah. namun menginsyaratkan dalam hadist yang diceritakan dari Aisyah:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan”. (HR. Al-Bukhari)
Keterangan di atas hanya menginformasikan bahwa lailatu qadar itu malam ganjil di sepuluh akhir bulan Ramadan. Mungkin bisa jatuh pada malam 21, 23, 25, 27, atau 29. Para Ulama memiliki pendapat yang berbeda dalam memprediksi kapan malam lailatul qodr datang. Salah satu pendapat ulama yang banyak dianut adalah pendapat Imam Abu Hamid Al Ghozali.
Dalam I’anatul Thalibin beliau memaparkan sebuah cara untuk memprediksi lailatul qodr adalah sebagai berikut:
قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر
فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين
أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين
أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين
أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين
أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين
قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة
“Jika awal Ramadan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka lailatu qadar jatuh pada malam 29, atau jika awal Ramadan jika awal Ramadan jatuh pada hari senin, maka lailatul qadar jatuh pada malam 21, atau jika jika awal Ramadan jatuh pada hari Selasa atau Jum’at maka lailatul qadar jatuh pada malam 27 atau jika awal Ramadan jatuh pada hari Kamis, maka lailatul qadar jatuh pada malam 25, atau jika awal Ramadan jatuh pada hari Sabtu, maka lailatul qadar jatuh pada malam 23. Syaikh Abu Hasan As Syadzili berkata, ”semenjak saya menginjak usia dewasa, lailatul qadar tidak pernah melesat dari kaidah tersebut”
Dengan begitu, keterangan dari Imam Ghozali di atas bisa dijadikan referensi dalam menghitung dan mencari keagungan malam lailatul qadar.
Misalnya pada tahun ini, jika puasa hari pertama kita adalah hari Senin, maka kita bisa menjumpai lailatul qodr di malam ganjil ke-21. Keterangan Imam Ghazali tersebut banyak dijumpai dalam kitab-kitab fiqh bermadzhab Syafi’i, namun kepastian kebenaran tentang malam lailatul qadr hanya Allah yang paling mengetahuinya.
https://journalpascasarjana.uinmataram.ac.id/