web analytics
AD PLACEMENT

Kartono Siapanya Kartini?

AD PLACEMENT
1 0
Read Time:4 Minute, 15 Second

Sejak kecil dulu, payahnya, kita sesekali bermain tebak pleset kata untuk nama Kartono sebagai Kartini versi laki-laki, bahkan malah suami atau ayahnya. Hal itu cukup imajinatif kreatif, meski sepenuhnya dilematis problematis.

Hal yang menjadi catatan merah akan itu, pertama, tentu perihal nama Kartini yang merupakan salah satu pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak perempuan.

Kedua, ya nama Kartono itu sendiri, seorang hebat yang memiliki andil yang tidak kalah hebat.

Rasa-rasanya tidak etis untuk mengaitkan dan menyematkan hal lelucon pada kedua tokoh besar itu.

AD PLACEMENT

Hal yang cukup ditolelir akan catatan merah itu, hanya karena pelakunya adalah anak kecil, pelaku yang kejahatannya jangan sampai terbawa hingga besar.

Jujurly, saya salah satu pelakunya. Sebelumnya, saya sama sekali tidak kenal, tidak tau, dan tidak pernah mendengar nama Kartono. Hanya sebuah tebak pleset nama dari kerangka kata yang sama. Entah kenapa juga pikiran saya kecil, bisa bersarang sampai sana.

Dengan itu, untuk menebus ’dosa’ di masa kecil, saya melahap realitas sejarah dengan sungguh-sungguh dari berbagai macam sumber di kemudian, tentu saja dari membaca buku, tentu saja tentang pemahaman R.A. Kartini itu.

Hebat dan menariknya, mungkin sebuah plot twist, dari sekian lembar buku itu, ternyata saya menemukan nama Kartono dalam garis hidup R.A. Kartini. Sebuah korelasi fakta yang menarik perhatian. Hal ini kembali menggali kenangan ’dosa’ masa kecil saya, hanya saja ini menjadi pemahaman lurus tanpa sekalipun dipatahkan oleh lelucon yang tidak lucu-lucu amat.

AD PLACEMENT

Dengan ini saya menyadari, bahwa pentingnya mempelajari sejarah bagi siapapun yang hidup. Meskipun harus dimulai dari kebiasaan membaca.

Sebagaimana lazimnya sebuah biografi atau sejarah riwayat hidup seseorang, menjadikan kita untuk membaca mengenal setiap jejak langkahnya, dan serta mengambil pelajaran di sepanjang perjalanannya untuk perjalanan kita saat ini.

Termasuk biografi R.A. Kartini yang mencantumkan nama Kartono dalam lembar sejarah riwayat hidupnya: jadi, Kartono siapanya Kartini?

Dalam salah satu Seri Buku Tempo: Perempuan-Perempuan Perkasa, Gelap-Terang Hidup Kartini, pada bagian Si Jenius Pujaan Adik tertulis lengkap:

AD PLACEMENT

Kartono adalah kakak yang paling disayangi Kartini. Wartawan perang yang beralih menjadi ahli pengobatan.

Hanya ada dua laki-laki yang dicintai Kartini sepenuh hati: Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, ayahnya; dan Raden Mas Panji Sasrokartono, kakak yang terpaut usia 2 tahun. Keduanya tak hanya terhubung pertalian keluarga, tapi juga menjadi pelindung dan teman dalam dunia pingitan yang sunyi.

Sosroningrat selalu mencurahkan perhatian selepas jam kerja sebagai Bupati Jepara, sementara Kartono selalu mendukung pola pikir Kartini yang haus pengetahuan. “Hanya mereka yang bisa mengikuti jalan pikiran saya,” tulis Kartini dalam surat untuk Nyonya Nellie van Kol, penulis Belanda, pada 1896.

Dalam buku Kartini: Sebuah Biografi, yang ditulis Sitisoemandari Soeroto, Kartono kerap memberi beragam bacaan bagi Kartini. Pada sela libur sekolah di Hogere Burgerschool Semarang, dia pulang ke Jepara berbuah tangan buku bacaan: dari buku soal pengetahuan dunia modern dengan topik emansipasi dan revolusi Prancis hingga novel-novel populer. “Semua itu membuka khazanah pengetahuan Kartini soal sosial dan politik,” kata Sitisoemandari dalam pengantar buku itu.

Sebagai anak laki-laki, Kartono lebih beruntung karena dikirim ayahnya bersekolah ke Semarang dan dititipkan pada keluarga Belanda. Pada 1898, ketika Kartini sedang mengangankan bisa mencecap pengetahuan di Eropa, Kartono terbang ke Belanda melanjutkan studi. Dia menjadi mahasiswa Indonesia pertama yang bersekolah di tanah Ratu Wilhelmina.

Waktu itu usia Kartono 21 tahun. Awalnya, dia diterima di Sekolah Tinggi Teknik di Universitas Delft, tapi tak betah. Dia pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur di Universitas Leiden. Di jurusan itu, dia menamatkan studi dengan predikat summa cum laude bergelar doctorandus in de Oostersche– doktorandus dari Timur. Kartono menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku Nusantara. Kemampuan itu membuat dia dijuluki “si Jenius” oleh teman-temannya.

Setelah lulus, dia tak segera pulang. Buku Jagat Wartawan Indonesia, yang ditulis Soebagijo Ilham Notodidjojo, mencatat Kartono menjadi wartawan di New York Herald -kini The New York Herald Tribune– di kantor biro Wina, Austria. Ketika berusia 40 tahun, pada 1917 Kartono meliput Perang Dunia I. “Bayarannya US$ 1.250,” tulis Mohammad Hatta dalam autobiografinya. “Cukup untuk hidup mewah di Eropa.”

Kartono juga bekerja sebagai penerjemah di Kedutaann Besar Prancis di Den Haag seusai perang. Kariernya menanjak dan mencapai puncaknya saat dia menjadi kepala penerjemah Liga Bangsa-Bangsa, embrio Perserikatan Bangsa-Bangsa, di Jenewa, Swiss, pada 1919.

Enam tahun kemudian, dia pulang ke Hindia Belanda. Pemerintah kolonial menawarinya jabatan bupati, tapi ditolak. Dia memilih menjadi Kepala Perguruan Taman Siswa di Bandung. Kartono adalah senior aktivis pergerakan semacam Sukarno, Dr Samsi, Mr Sunario, dan Mr Usman Sastroamidjojo.

Di Bandung, orang-orang memanggilnya “Ndoro Pangeran Sosro”. Selain mengajar, dia mendirikan balai pengobatan Darussalam, yang menyatu dengan rumah besarnya di Jalan Pungkur nomer 19. “Saya pernah meminta air doa agar lancar ujian sekolah,” kata Nyonya Wen Sawendra, warga di sana, yang kini 73 tahun.

Menurut Wen, balai pengobatan itu berupa rumah panggung besar yang meruapkan bau dupa. Pasien yang datang membawa air putih dalam gelas akan diberi doa-doa. Agaknya, pengobatan itu manjur karena setiap hari balai itu dipenuhi pasien.

Hingga meninggal pada 8 Februari 1952 di usia 74 tahun, Kartono tak pernah menikah atau mengangkat anak. Presiden Sukarno memerintahkan Tentara Nasional Indonesia Angkatan  Darat menjemput jenazahnya untuk diterbangkan ke Semarang, sebelum dimakamkan di Kudus.

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
100 %

AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Sejarah May Day dan Keterkaitan Dengan Islam

Sejarah May Day dan Keterkaitan Dengan Islam

Hukum Mendo’akan Non Muslim

Hukum Mendo’akan Non Muslim

Bekal Dalam Mencari Ilmu

Bekal Dalam Mencari Ilmu

Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya

Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya

Sedih Rasulullah Saw di Hari Raya

Sedih Rasulullah Saw di Hari Raya

Idul Fitri dan Momen Silaturahim

Idul Fitri dan Momen Silaturahim

AD PLACEMENT