Suara air terjun bergemericik bersamaan dengan sang surya yang mulai muncul. Dalam gua tersebut terdapat satu orang yang masih terlelap dengan tidurnya.
“Hei, bangun, Kawan, apa yang kau lakukan di sini?”
“Hah… ada apa?”
“Wow!! Ternyata seorang permaisuri Kerajaan Insulinde,” ujar para pemuda yang sedang melintas di hutan itu.
“A… a…!! Apa yang kau lakukan padaku?!” tanya Anna kepada para pemuda itu.
“Tenang, Ratu, kami sedang beristirahat. Kebetulan kami melihatmu sedang tertidur di dalam gua sendirian.”
“Hah? Sendirian? Perasaan sebelumnya aku bersama Xiao Tze dan Gili si trenggiling,” gumamnya keheranan.
“Ada apa, Ratu? Sepertinya kau bingung sekali?” ujar salah seorang pemuda di antara mereka.
“Hah… tidak apa-apa. Aku hanya saja sedang merasa aneh.”
“Apa yang kau rasakan, Tuan Putri?”
“Halah…! Banyak tanya sekali kau ini!” kesalnya terhadap salah seorang pemuda.
“Oh, maafkan kami, Tuan Putri,” ujar salah satu pemuda.
“Di mana aku sekarang, Tuan?” tanyanya keheranan.
“Anda sedang berada di hutan terdekat dari kerajaan, Putri,” sahutnya.
“Ooh… ooh…”
Seketika ia bangkit dari tempatnya dan segera ingin pergi dari gua itu.
“Engkau mau ke mana, Tuan Putri?” tanya seorang yang lain.
“Aku ingin pergi dari sini dan pulang ke kerajaanku. Apakah jauh dari sini?”
“Mungkin agak jauh kiranya. Bolehkah kami menemani engkau untuk kembali ke kerajaan?” tawarnya.
“Boleh saja, karena aku sendiri tak tahu arah jalan pulang.”
“Baiklah kalau begitu.”
“HEI SEMUANYA, MARI KITA ANTARKAN TUAN PUTRI KEMBALI KE KERAJAAN!!!”
Dengan seluruh tenaga yang tersisa, para rombongan tadi berangkat untuk menemani Anna pulang ke kerajaannya. Selama perjalanan, ia dan pemuda itu bertukar cerita dan memberitahu tentang kejadian yang sebelumnya ia alami. Si pemuda itu seperti terkejut oleh ceritanya, karena sejauh ini ia belum pernah mendengar cerita yang dialami olehnya. Selain itu, si pemuda memperkenalkan diri kepada Anna.
“Tuan Putri, bolehkah saya memperkenalkan nama saya?” izinnya terhadap Anna.
“Tentu saja boleh, siapa tahu kau dan teman-temanmu bisa membantuku suatu saat nanti.”
“Baiklah, namaku Steven. Aku adalah ketua rombongan berburu di Kerajaan Insulinde.”
“Hmm… Steven? Sepertinya aku pernah mendengarnya.”
“Oh ya, apakah Tuan Putri pernah mendengar cerita tentangku?” tanyanya penasaran.
“Sepertinya pernah,” ucapnya sambil mengingat-ingat semua cerita rakyatnya yang terkenal hebat.
“Darimana Tuan Putri bisa mengetahuinya? Dan cerita apa yang Tuan Putri dengar?”
“Sepertinya, aku mendapat cerita dari para tentara kerajaan. Dan mungkin cerita tentang seorang pemuda yang mengalahkan para perompak di tengah laut, dan seorang pemuda yang berhasil mengalahkan babi tergalak yang ada di hutan.”
“Itu benar sekali, Tuan Putri. Tapi itu dahulu sekali. Sekarang kami berusaha mencari perburuan di sekitar kerajaan,” jelasnya kepada Anna.
“Kenapa kembali di sekitar kerajaan?” tanyanya keheranan.
“Ya, alasan satu-satunya karena kami melihat banyak sekali hewan endemik yang ada di sekitar kerajaan diburu oleh orang lain secara sembarangan.”
“Kenapa tidak kalian tangkap saja pelakunya?”
“Sudah pernah kami menangkapnya, kemudian kami bawa ke meja hakim. Tetapi semua itu sia-sia.”
“Apanya yang sia-sia?”
“Karena pada akhirnya para hakim itu disuap oleh pembesar kelompok itu dan mengeluarkannya dari sel,” ujarnya dengan keputusasaan.
“Bagaimana kau tahu, sedangkan aku saja tidak pernah mendengarnya?” tanya Anna dengan keanehan yang ada.
“Karena kami melihatnya sendiri dengan mata kepala kami. Hakim itu disuap saat ia kembali ke rumahnya dan bertemu di pertengahan jalan, kemudian memberinya uang yang cukup banyak.”
“Apakah kau mengenal siapa hakim itu? Dan apakah kau saja yang melihatnya?”
“Seingatku nama hakim itu adalah Horus. Dan seingatku tidak aku saja yang melihatnya, tetapi ada tiga orang kawanku saat itu juga melihatnya secara bersamaan,” ujarnya memberi informasi.
“Baiklah. Setelah ini akan kuurus orang itu. Dan masalah perburuan liar itu biar nanti aku sendiri yang menindaklanjuti.”
“Benarkah, Tuan Putri? Kalau begitu aku sangat berterima kasih kepadamu,” sahutnya dengan senang.
“Sudahlah, biasa saja. Lagi pula memang tugasku kan mengurusi mereka.”
“Baiklah, Tuan Putri.”
“Apakah masih jauh dari kerajaan?”
“Sepertinya masih jauh. Masalahnya kita mulai dari dalam hutan yang paling jauh.”
“Bagaimana kalau kita istirahat dulu?”
“Boleh, sepertinya teman-temanku mulai kelelahan.”
Sejurus kemudian ia memberikan perintah kepada para rombongannya untuk beristirahat. Di saat mereka beristirahat, mereka mengisi perut dengan hasil buruan yang telah ditangkap sebelumnya.
“Oh ya, Steven, kalian biasa tinggal di mana?” tanya Anna.
“Eh… eh… kami aslinya tidak memiliki tempat tinggal tetap.”
“Tapi mengapa para masyarakat mengenal kalian?”
“Ya… itu karena kami sering menginap di daerah sini.”
“Kok bisa kalian rela menjaga hutan kerajaan ini padahal kau kan nggak punya rumah tetap?”
“Alasannya cuma satu, kami menyadari dari semua kerajaan yang pernah kami temui, cuma kerajaan ini saja yang peraturannya tidak seketat kerajaan yang lain.”
“Maksudmu seperti apa?” tanyanya dengan penuh penasaran.
“Ya contohnya saja perburuan tadi. Di kerajaan lain, kami tidak bisa berburu secara bebas. Bahkan ingin berburu saja kami harus sembunyi-sembunyi dan hanya pada waktu malam. Sedangkan di sini kami bisa melakukan perburuan kapan saja. Tapi kami sadar, ternyata di sini banyak hewan endemik yang kami pun tidak berani mengambilnya. Pun ya, kalau kami mau mengambilnya untuk apa? Kan kami berburu hanya untuk makan dan hobi saja, tak lebih dari itu,” ujar Steven menjelaskan alasannya.
“Oh… kalau begitu, kalau kita sudah sampai di kerajaan akan kuberi kau tempat tinggal agar tidak berkelana lagi.”
“Benarkah, Tuan? Kalau begitu kami sangat berutang budi padamu.”
“Sudahlah, biasa saja. Mari kita nikmati hasil perburuan kalian.”
Setelah kejadian ini, para rombongan itu mendapat tempat tinggal mereka. Tapi di samping itu pula, ia membantu semua kebutuhan Anna saat mengurusi rakyatnya yang kesusahan.