web analytics
AD PLACEMENT

Ngaji Gus Reza: Al-Qur’an sebagai Mukjizat yang Never-Lasting

KH. Reza Ahmad Zahid dalam Pengajian Kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an
AD PLACEMENT
2 0
Read Time:8 Minute, 19 Second

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain sebagai bukti kenabian, Al-Qur’an juga menjadi pedoman hidup setiap insan hingga akhir zaman. Keagungan dan kesempurnaannya pun tak hanya terletak pada keindahan bahasa, tetapi juga pada kedalaman makna dan relevansinya.

Keistimewaan kitab suci ini terletak pada harmoni yang menakjubkan antara statusnya sebagai firman Tuhan dan gaya tutur yang digunakan. Selain itu, Al-Qur’an juga dapat menjadi ladang pahala bagi orang beriman yang membacanya. Di dalam kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, Imam Nawawi bahkan berstatement;

واعلم أن المذهب الصحيح المختار الذي عليه من يعتمد من العلماء أن قراءة القرآن أفضل من التسبيح والتهليل وغيرهما من الأذكار وقد تظاهرت الأدلة على ذلك والله أعلم

“Dan ketahuilah bahwa mazhab yang benar dan terpilih, yang dipegang oleh para ulama yang dapat dipercaya, adalah bahwa membaca Al-Qur’an lebih utama daripada bertasbih, bertahlil, dan dzikir-dzikir lainnya. Hal ini didukung oleh berbagai dalil yang menunjukkan demikian, dan Allah-lah yang lebih mengetahui.”

AD PLACEMENT

Muallif asal tanah Nawa ini kemudian menjelaskan surah-surah Al-Qur’an yang sunnah dibaca pada waktu-waktu tertentu di dalam bab 8. Didalamnya terdapat surah-surah yang disunnahkan untuk dibaca ketika sholat, baik sholat maktubah maupun beberapa sholat sunnah, seperti sholat id dan sholat jum’at. Terdapat juga surah-surah yang disunahkan dibaca ketika hendak tidur, diantaranya: Ayat kursi, dua ayat terakhir QS. Al-Baqarah, dan juga akhir QS. Al-Imran mulai dari lafadz اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ

Momentum Ramadhan tahun ini, para santri Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Asrama Al-Misky mengaji kitab karya Imam Nawawi tersebut (At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an) yang diajarkan langsung oleh KH. Reza Ahmad Zahid. Dalam satu kesempatan, ketika sampai pada الباب الثامن في الآيات والسور المستحبة في أوقات وأحوال مخصوصة, beliau mengajarkan kepada para santri untuk membaca aurod-aurod tertentu sebelum tidur;

“Selain membaca do’a sebelum tidur, baca juga Al-Fatihah, Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 3x, An-Nas 3x, dan Ayat kursi (sampai pada lafadz ولا يؤوده حفظهما وهو العلي العظيم dibaca 3x tanpa nafas), kemudian tiup ke telapak tangan dan usapkan ke seluruh tubuh.”

Beliau melanjutkan,“Tambahkan juga dua ayat terakhir QS. Al-Baqoroh, faidahnya insyaallah akan dijaga dari perkara yang tidak disukai.” Sebagaimana yang dipaparkan Imam Nawawi di dalam kitab;

AD PLACEMENT

 يستحب أن يقرأ عند النوم آية الكرسي وقل هو الله أحد والمعوذتين وآخر سورة البقرة فهذا مما يهتم له ويتأكد الإعتناء به فقد ثبتت فيه أحاديث صحيحة عن أبي مسعود البدري رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: الآيتان من آخر سورة البقرة من قرأهما في ليلة كفتاه، قال جماعة من أهل العلم: كفتاه عن قيام الليل وقال آخرون: كفتاه المكروه في ليلته

“Disunnahkan untuk membaca Ayat Kursi, Surah Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan An-Nas, serta akhir Surah Al-Baqarah sebelum tidur. Ini adalah amalan yang sangat dianjurkan dan penting untuk diperhatikan. Karena telah diriwayatkan dalam hadits-hadits shahih dari Abu Mas’ud Al-Badri RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah – barangsiapa yang membacanya pada malam hari, maka kedua ayat tersebut cukup baginya.’ Sebagian Ulama mengatakan: ‘Kedua ayat tersebut cukup baginya untuk menggantikan qiyamullail (shalat malam),’ sementara yang lain mengatakan: ‘Kedua ayat tersebut cukup baginya dari hal-hal yang buruk pada malam itu.’ “

Ketika sampai pada keterangan;

 ويستحب أن يقرأ إذا استيقظ من النوم كل ليلة آخر آل عمران من قوله تعالى {اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ} إلى أخرها، فقد ثبت في الصحيحين أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقرأ خواتيم آل عمران إذا استيقظ

AD PLACEMENT

“Disunnahkan untuk membaca akhir Surah Ali Imran ketika bangun tidur setiap malam,  dimulai dari ayat {إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ} hingga akhir surahnya. Karena telah diriwayatkan dalam kedua kitab shahih (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) bahwa Rasulullah SAW biasa membaca akhir Surah Ali Imran ketika beliau bangun tidur.”

KH. Reza Ahmad Zahid kemudian mengenang masa-masa menimba ilmu di Tarim, Yaman – dimana murottal QS. Al-Imran ayat 190-194 ini selalu menggema sebelum shubuh. “Konon, ayat tersebut turun menjelang shubuh. Saat itu Rasulullah SAW sedang duduk di luar rumah sambil menangis, yang menyaksikan adalah sahabat Bilal (Mu’adzin Rasulullah SAW). Bilal pun bertanya: “Apakah gerangan yang membuat baginda menitikkan air mata?” Rasulullah SAW menjelaskan bahwasanya Allah baru saja menurunkan ayat yang dalam sekali maknanya. Ialah QS. Al-Imran ayat 190-194 yang menjelaskan tentang kebesaran Allah. Mendengar itu, sahabat Bilal pun ikut menangis.” Tutur Abah Reza.

Menurut Imam Jalauddin As-Suyuthi, ayat ini turun ketika Rasulullah SAW didebat orang-orang kafir Quraisy. Orang-orang yang menyangsikan kenabian Rasulullah SAW itu bertanya tentang mukjizat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Mereka membandingkannya dengan nabi-nabi sebelumnya seraya berkata: “Orang Yahudi punya Nabi Musa AS yang mukjizatnya berupa tongkat, dan orang Nasrani punya Nabi Isa AS yang dapat menghidupkan orang yang telah wafat. Sedangkan kamu punya apa? Apa kehebatan Tuhanmu?” cemooh orang-orang kafir Quraisy. Untuk itu, Allah menurunkan ayat:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ ۝١٩٠ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار ۝١٩١ رَبَّنَآ اِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ اَخْزَيْتَهٗۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ ۝١٩٢ رَبَّنَآ اِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُّنَادِيْ لِلْاِيْمَانِ اَنْ اٰمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَاٰمَنَّاۖ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَبْرَارِۚ ۝١٩٣ رَبَّنَا وَاٰتِنَا مَا وَعَدْتَّنَا عَلٰى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ ۝١٩٤

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,(190) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.(191) Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau benar-benar telah menghinakannya dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.(192) Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru pada keimanan, yaitu ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,’ maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang selalu berbuat kebaikan. (193) Ya Tuhan kami, anugerahilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji.(194)”

Demikian, mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah berupa Al-Qur’an, yang setiap lafadznya berisi ilmu pengetahuan, sebagai bukti kebesaran Tuhan.

For Your Information, sebenarnya setiap mukjizat yang dibekalkan kepada para Nabi adalah sesuai dengan konteks sosial dan intelektual kaumnya. Di dalam kitab Husunul Hamidiyyah, Sayyid Husain Afandi Al-Jasri menjelaskan bahwa Nabi Musa dianugerahi tongkat yang mampu berubah menjadi ular serta membelah lautan, karena pada masa itu ilmu sihir sedang mendominasi dan menjadi kebanggaan bangsa Mesir. Oleh karena itu, mukjizat ini membuktikan bahwa kekuatan Ilahi berada jauh di atas keterampilan manusiawi, sehingga para penyihir yang menyaksikannya pun bersujud dan mengakui kebesaran Allah melalui perantara Nabi.

Nabi Isa, yang memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit-penyakit kronis, kala itu diutus di tengah masyarakat yang unggul dalam bidang medis. Keajaiban ini akhirnya mengguncang keyakinan para ilmuwan medis, sehingga mereka mengakui risalah yang dibawa Nabi Isa karena kemampuan tersebut menembus batas logis.

Begitu juga Nabi Muhammad SAW, beliau diutus kepada umat yang memiliki kemampuan yang mengesankan, baik dalam berbahasa maupun berlogika. Maka diturunkanlah Al-Qur’an sebagai mukjizat untuknya. Berbeda dengan mukjizat para nabi sebelumnya yang bersifat temporer dan kasat mata, Al-Qur’an adalah mukjizat yang bersifat abadi dan terus relevan sepanjang masa. Keindahan bahasanya berhasil menaklukkan para penyair Arabia, kedalaman maknanya mengungguli karya-karya filsafat ternama, dan pesan moralnya tetap menjadi standar etik tertinggi dalam kehidupan manusia.

Adanya pergantian siang dan malam sebagaimana terkandung dalam QS. Al-Imran ayat 190 tersebut juga dapat kita lihat sampai sekarang. Yang artinya, mukjizat yang diberikan kepada Rasulullah SAW itu tak lekang oleh zaman. Al-Qur’an adalah mukjizat yang never-lasting. Kalau Nabi-Nabi sebelumnya, Ketika Nabinya hilang (wafat), maka mukjizatnya juga hilang. Tapi Nabi Muhammad tidak, mukjizatnya adalah bukti kebesaran Allah yang dapat kita nikmati hingga detik ini.” pungkas beliau KH. Reza Ahmad Zahid dalam Pengajian Kitab At-Tibyan, 10 Ramadhan 1446 H.

Semoga kita senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk di setiap langkah, penyejuk dalam segala gelisah, dan cahaya yang menuntun menuju ridlo Allah. Aamiin.

Wallahu a’lam.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Struggle

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Halal Bi Halal Asrama Al-Misky, Pererat Silaturahmi Antar Santri

Halal Bi Halal Asrama Al-Misky, Pererat Silaturahmi Antar Santri

Muwadda’ah Asrama Al-Misky, Berikut Untaian Kalam Hikmah Murobbi

Muwadda’ah Asrama Al-Misky, Berikut Untaian Kalam Hikmah Murobbi

Ngaji Gus Reza: Ilmu itu Sportif dan Objektif

Ngaji Gus Reza: Ilmu itu Sportif dan Objektif

Rumus Barokah; Kunci dan Langkah

Rumus Barokah; Kunci dan Langkah

Dawuh Gus Reza: Hakikat Cinta dan Pengorbanannya

Dawuh Gus Reza: Hakikat Cinta dan Pengorbanannya

Nasihat KH. Mahrus Aly Ketika Berdakwah

Nasihat KH. Mahrus Aly Ketika Berdakwah

AD PLACEMENT