“Al Barokah La Tujadu illa Bil Jiddi Wal Harokah”
-KH. Reza Ahmad Zahid
Maqolah diatas menjadi salah satu kalimat nasihat untuk membangkitkan semangat para santri dalam berlomba mendapatkan keberkahan. Sebagai warga aktif pondok pesantren keberkahan menempati kasta tertinggi perihal target capaian. Barokah diartikan sebagai “Ziyadatul khoir ‘ala kulli syai’in” yakni bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu. Sebab itulah, tidak heran apabila segala bentuk aktivitas dan pengabdian di pondok pesantren didedikasikan demi sebuah keberkahan.
Sebagai target utama dalam proses pendidikan di pondok pesantren disamping ilmu pengetahuan yang didapatkan, barokah tidak datang tanpa diundang. Hal ini selaras dengan dawuh Kiai Reza Ahmad Zahid dalam wawancara beliau dengan media NU Online,
“Barokah didapat dengan bersungguh-sungguh dan berusaha, maka salah besar apabila kita bersantai-santai, berleha-leha dan berkata “yang penting aku dapat barokah” itu salah”
Nasihat diatas tidak semata-mata hanya sekedar ucapan kosong tanpa pembuktian. Perkembangan pesantren sebagai warisan intelektual Islam sejak zaman dahulu hingga hari ini tentu tidak terlepas dari barokah para kiai. Dimana sejak masa perintisan hingga perkembangannya pondok pesantren tidak pernah luput dari doa dan tirakat yang kuat. Bertahun-tahun sebelumnya apabila kita menilik kiprah perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo misalnya, akan tampak betapa besar perjuangan dan pengorbanan para masyayikh untuk pondok pesantren.
Dimana KH. Abdul Karim dengan berbagai macam tirakatnya selama menuntut ilmu seperti tidak makan nasi dan merasa cukup hanya dengan mengkonsumsi daun pace. Tidak hanya itu beliau juga ikhlas mengorbankan hasil jerih payahnya bekerja sebagai santapan ayam ternak sang guru, Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan; dan lain-lain. Hal-hal diatas beliau lakukan semata-mata demi mendapatkan sebuah keberkahan. Tidak heran apabila hasil keberkahan dari riyadhoh yang beliau lakukan lebih dari satu abad yang lalu, dapat kita rasakan bersama hingga hari ini. Pondok Lirboyo dengan segala unitnya telah yang menjadi wujud dari keberkahan itu sendiri.
Tirakat atau biasa disebut dengan riyadhoh merupakan bentuk ikhtiar melalui jalur spiritual untuk mendapatkan keberkahan demi merealisasikan kententeraman kehidupan. Secara tidak langsung keberadaan tirakat menjadi jembatan untuk mendapatkan barokah. Bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian, begitulah ahli peribahasa mengatakan. Kisah perjuangan para masyayikh secara langsung telah menjadi realisasi dari peribahasa tersebut.
Dimana alamat barokah ditemukan?
Barokah memang tidak tampak secara fisik, namun bisa dirasakan secara nyata, salah satu indikatornya adalah perilaku seseorang yang mencerminkan bagaimana keberkahan itu di dapatkan. Saat ini, di dalam pondok pesantren terdapat beberapa fenomena bentuk perilaku untuk mendapatkan keberkahan diantaranya ialah berebut menata sandal kiai, meminum air sisa unjukan kiai, ziarah ke makam para ulama, istiqomah berpuasa senin kamis, ngerowot (tidak memakan makanan pokok), mencium tangan kiai, memegang debu telapak kaki dijalan yang dilalui oleh kiai; dan lain-lain.
Pernyataan diatas telah menjawab dimana letak keberkahan itu berada yakni, min khaitsu la yahtasib. Tidak disangka-sangka. Keberkahan bisa datang dari arah manapun dan dengan sebab apapun.
Bagaimana rumus mendapatkan keberkahan?
Banyak jalan menuju roma, itulah peribahasa yang menggambarkan betapa banyak cara untuk mendapatkan keberkahan. Dalam acara tasyakuran angkatan Al Maza, Kiai Reza Ahmad Zahid menyampaikan bahwa “Al barokah la tujadu illa bil jiddi wal harokah” dimana keberkahan tidak akan didapatkan oleh pemuda yang hanya bersantai tanpa kesungguhan di dalamnya. Kata “bil jiddi wal harokah” memiliki makna yang cukup mendalam yakni dengan bersungguh-sungguh dan bergerak, tidak hanya diam berpangku tangan ataupun rebahan. Hal ini menjadi pukulan telak bagi para santri untuk lebih serius dalam menggapai tujuan menuntut ilmunya.
Berikut beberapa tips untuk mendapatkan keberkahan:
“Alkhidmah Tatarottabu Fiiha Al Barokah, Wal Kasbu Yatarottabu Fiihi Al Ujroh”
Khidmah konsekuensinya adalah barokah, sedangkan bekerja konsekuesinya adalah gaji.
Ayo tanamkan jiwa Khidmah dalam hati kita, karena barokah akan datang kepada siapa yang mengundang bukan hanya kengharapkan. Wallahu a’lam.