Generasi muda adalah aset terpenting dalam suatu negara. Mengapa demikian? Karena mereka adalah pilar utama yang dapat membawa inovasi, semangat, dan visi baru untuk mencapai kemajuan. Hal ini sesuai dengan usia mereka yang disebut Golden Age. Hal ini menunjukkan usia mereka yang mulai produktif. Ini sesuai dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengatakan bahwa umur produktif seseorang dimulai dari 15–64 tahun.
Tapi, apakah kita bisa memanfaatkan umur tersebut? Jika kita telisik kembali, hal ini selaras dengan kemampuan fisik manusia, yang mengatakan bahwa pada umur 15 tahun seseorang masih mampu untuk mengerjakan pekerjaan, kegiatan, dan inovasi apa pun dalam kehidupannya.
Batasan umur ini pula menunjukkan adanya kesehatan fisik serta mental yang sangat penting untuk proses produktivitas manusia. Tak hanya itu saja, dalam tingkat pendidikan pula masih berpengaruh pada proses ini sendiri. Dicontohkan pada kasus bahwa ada seorang pemuda yang pendidikannya kurang mencukupi dengan seorang pemuda yang memiliki pendidikan yang cukup untuk menopang kehidupannya ke depan. Dalam dua kasus di atas bisa kita lihat perbedaan yang berbanding jauh. Di mana seorang pemuda yang berpendidikan akan mudah menggunakan ilmu yang ia dapatkan untuk bertahan hidup.
Tapi, apakah hal ini relevan dengan kenyataan yang kita lihat sekarang? Karena menimbang kejadian inflasi keuangan yang terjadi di Indonesia membuat banyak keluarga yang untuk kehidupan saja masih kekurangan, apalagi ditambah dengan biaya pendidikan yang sangat menguras dompet. Bisa kita lihat sekarang, berapa banyak pemuda bahakan keluarga kecil yang mulai menghalalkan segala cara untuk menghasilkan uang. Ini terbukti dengan penggunaan situs-situs judi online yang makin merebak di kalangan mereka.
Ini terbukti dengan data pemain judi online yang bisa dikatakan sangat fantastis, dengan pemain aktif sebanyak 1 juta orang pada tahun 2023 dan mencapai 8,8 juta pemain pada akhir tahun 2024. Yang mana dalam angka sebesar itu banyak pemain yang berasal dari kalangan remaja. Seperti yang dikatakan PPATK dalam webnya, bahwa sebaran pemain dengan umur 10–20 tahun sebanyak 11% (bisa dikatakan sebanyak 440.000 orang), kemudian untuk usia 21–30 tahun sebanyak 13% (sebanyak 520.000 orang). Hal ini pula menyebabkan kerugian negara sebesar 6 triliun pada kuartal pertama tahun 2025.
Kemudian melihat angka kasus JUDOL di Indonesia, apa yang bisa kita perbuat dengan ini semua? Jika kita ingin melakukan perubahan sebesar itu, sebenarnya para pemerintah sudah berusaha untuk mengurangi hal tersebut. Ini dibuktikan pada tindakan KemKomDigi (Kementerian Komunikasi dan Digital) yang berhasil memblokir sebanyak 5,7 juta situs judi online yang ada di Indonesia. Data ini diambil dari awal tahun 2017 sampai dengan 21 Januari 2025. Kemudian untuk segi sosialnya sendiri, kita dapat mengubah dari kebiasaan diri kita untuk memulai menjauhi semua situs yang berkaitan dengan judi online.
Selain itu pula, kita bisa awali dengan mencari circle pertemanan yang dapat membuat kita lebih baik dari sebelumnya. Seperti mencari circle pertemanan diskusi, keorganisasian, mengikuti kegiatan yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Dengan dimulainya perubahan kecil dalam hidup kita, otomatis kita akan bisa mengubah orang lain secara perlahan. Sama halnya dengan kita memberikan contoh kepada orang lain dengan sesuatu yang baik, akan tetapi kita sendiri tidak melakukannya. Secara tidak langsung, hal ini sama dengan memberi pembelajaran tanpa adanya materi yang disampaikan.
Jika kita telah memulai sesuatu dari diri kita, maka secara perlahan kita dapat memperbarui hidup seseorang dengan contoh yang telah kita berikan. Dengan perlahan pula kita dapat mengurangi kasus di atas dan dengan hal ini pula kita dapat mengajak seseorang untuk bekerja sama dengan kita.
Wallahu ’Alam