Saya suka bingung dengan orang yang punya pacar dan terus pacarnya nggak suka jus. Ih, apa-apaan!
Dari sekian isu aneh seperti profesi pengecek kelamin anak ayam, nikah dimahari sendal jepit, dan selingkuh dari istri dalam 8 tahun pernikahan dan meninggalkan 3 orang anak dengan alih-alih alibi khilaf, saya kira ini termasuk: punya pacar yang nggak suka jus. Pacaran tapi membenci jus? Aneh!
Tentu dalam pengikat hangat, selain ucap dan sikap, jajan dirasa juga perlu. Pacaran tentu harus jajan. Tapi, mereka selalu menghadirkan bakso, cilok, cimol, batagor, ramen, seblak atau apapun yang sekiranya pedas dalam circle melankolis mereka. Minumnya yang aneh-aneh: es krim, milk tea, boba brown sugar, atau mixue sekalipun. Beragam, yang sekiranya estetik. Mahal bisa dipikir nanti. Dan jus nggak dihadirkan dalam hubungan itu, sama sekali. Kok bisa?
Mereka begitu menganggap remeh jus dengan segala stereotip proletar murahan. Nggak masuk spek. Mereka selalu menjatuhkan stigma buruk, bahwa pecinta jus itu nggak tau tentang prosentase kadar jus dan air dalam perspektif S3 pemerhati gizi. Belum lagi kadar glukosa yang mengamuk dari gula dan susu. Dengan begitu saja, mereka dengan mudah menyimpulkan bahwa jus itu adalah minuman yang nggak logis. Berbahaya untuk hubungan, berbahaya untuk kesehatan sang ayang.
Kadang suka lucu aja dengan orang yang pemikirannya deviasi pedagogik yang gagal dalam Self-Esteem pada fisiognominya. Dengan mudah menyimpulkan segala yang fundamentalis. Padahal jika ingin tau, para pemikir dan tokoh besar itu adalah peminum jus. Siapa yang nggak kenal Einstein dengan teori relativitasnya? Nicolae Ceausescu dengan kultus individunya? Socrates dengan induksi filsafatnya? Ibnu Sina dengan Qanun fi al-Tibbnya? Steve Jobs dengan Apple Inc-nya? Wang Hongwen dengan kontra-revolusionernya? BJ. Habibie dengan pesawat R80-nya? Mereka semua minum jus! Mereka semua peminum jus!
Lah kok bisa dalam sebuah hubungan percintaan melankolis yang pastinya butuh Self-Worth sebelum pada kasih sayang sang ayang, perasaan dan pikiran tentu akan terkuras. Itulah mengapa, jus perlu dilibatkan dalam sebuah hubungan! Karena memang, nggak diragukan lagi tentang jus dan manfaatnya. Dengan segala konflik yang nggak bisa diduga dalam sebuah hubungan yang mengakibatkan darah tinggi, vitamin c jus akan mencegah hal itu.
Saat motoran, hangat-hangatan di jok yang bisa saja kelilipan kerikil dan asap knalpot angkot karena memang lupa memakai helm, vitamin a jus bisa diandalkan.
Rasa pusing karena bawel sang ayang dengan kurangnya kandungan eletrolit mineral, kaliumnya jus akan membentengi.
Perut dan pinggang yang nggak bisa dipisahkan untuk kata nemplok peluk tangan sang ayang menjadi momok yang penting, apalagi jika pengen berak dan tainya keras: serat dari jus sangat membantu atas kebuntuan ini.
Sel racun yang bisa masuk dan bermuara dari mulut, hidung, telinga, atau pedasnya omongan dan sikap posesif sang ayang yang bisa saja menetap dan betah di hati yang berdampak pada ganggu kontinus kerja organ, maka dari itu antioksidan jus menjadi jalan keluar. Semua kandungan lengkap itu terdapat pada jus. Kita semua butuh jus: demi kebaikan kelanggengan hubungan ini.
Dengan segala kesempurnaan jus, benar-benar nggak logis mereka yang pacaran tapi nggak minum jus. Membenci jus.
Ayo minum jus!
Kebetulan lapak saya buka dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam.