web analytics

Kiai Imam Yahya Mahrus, Sosok Guru Yang Mendidik Jiwa dan Raga

Kiai Imam Yahya Mahrus, Sosok Guru Yang Mendidik Jiwa dan Raga
0 0
Read Time:9 Minute, 28 Second

Tulisan Ini di Sarikan Dari Hasil Wawancara Seorang Alumni Al-Mahrusiyah Yaitu KH Asmawi Mahfudz Yang Sekarang Menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Al-Kamal

Pengalaman Bersama Kiai Imam dan Kerendahan Hatinya

Sebagai santri HMP, kegiatan ngaji Bersama Kiai adalah sebuah kenikmatan dan kesempatan berharga, karena dapat ngaji Bersama kiai secara langsung (Mubasyaroh) dengan kiai, apalagi kalau suasana mendukung fisik sehat, fikiran jernih, hati terasa nyaman, menjadi salah satu anugerah yang tiada mendapatkan transfer ilmu, doa dan barokah. Sejak 1994 di HMP atau Al-Mahrusiyah terdapat progam ngaji Bahasa Arab yang di ajar oleh beliau murobbiruhina Kiai Imam Yahya Mahrus. Kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan secara Bersama-sama oleh santri di Musholla.

Dengan tlaten dan sabar, beliau memberikan penjelasan-penjelasan muhadatsah, hiwarah, qiraah, istima, maknawiyah, contoh-contoh untuk mempraktikan Bahasa Arab di kompleks HMP Lirboyo. Juga progam-progam rutinitas pengajian kitab syarah al-fiyah ibn Malik, taisirul kholaq, Fath al-Qorib. Tanqihul Qowl, Mukhtasyar Jiddan syarah Jurumiyah, tafsir ahkam Rawaiul Bayan, biasanya di ajarkan oleh beliau secara istiqomah dengan system bandongan. Ada kenangan suatu tempo, malam-malam saya kebetulan Bersama beliau untuk sekedar mendengar nasihat-nasihatnya di kamar ndalem.

 Tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya, tiba-tiba saya bertanya “kenapa kiai Imam yang dibaca kok kitabnya tidak besar-besar, setiap tahun selalu di ulang-ulang kitab itu saja?” belaiu menjawab kitab yang besar sudah di baca oleh Kiai Idris, Kiai Anwar dan Kiai Kafa Bihi. Mendengar jawaban beliau saya semakin terharu dengan kepribadian Kiai saya ini. Sungguh sikap beliau sebagai Kiai menunjukan bahwa Kiai Imam Yahya adalah Kiai yang Tawadhu’ (rendah diri), sama sekali tidak menunjukan sikap kesombongan sama sekali.

Bahkan ke Tawadhu’an beliau tidak hanya soal pengajian tetapi juga soal kehidupan sehari-hari. Ini terbukti suatu saat ketika saya kangen rumah, lama sudah tak pulang dan sambang orang tua, kemudian saya mencoba menghadap beliau, untuk meminta izin pulang ke rumah. Kemudian oleh Yai di jawab ”Sampean lek sir mulih barang aku ae lee”, kamu kalo ingin pulang bareng aku saja. Tiba-tiba beliau mengeluarkan mobil dan mengajak saya bersamanya dan saya tidak mengira, akhirnya kendaraan menuju keselatan, ternyata menuju ke kecamatan keras, sampai dipasar keras belok kiri samapailah ke desa Bendosari Alamat saya. Di perempatan rumah saya suruh turun, terus pesan “Salam dingge bapak ibukke yo lee”. Kemudian beliau balik lagi ke Kediri. Masyaalloh ternyata beliau hanya ingin mengantar saya pulang ke rumah santrinya ini.

Tidak berhenti di situ, ekspresi ketawadhua’an beliau di perlihatkan dengan selalu menampilkan figure atau sikap humoris, baik dikala rapat, mengajar, mengaji, waktu bercengkerama santai, Bersama santri, para guru, para dosen, sesame kiai, dengan pejabat, Masyarakat umum menampilkan joke-joke segar. Sehingga suasana di majlis beliau selalu nyantai, dan low profile. Itulah sifat ketawadhu’an yang beliau tunjukan kepada saya, dan masih banyak lagi ekspresi sifat-sifat mulia, keteladanan, cermin  dari keluhuran derajat dari Kiai Imam Yahya Mahrus (Alloh Yarham).

 

Selama saya santri ada pengalaman antik Bersama Yai Imam Yahya Mahrus, diantaranya banyak sekali tamu-tamu dari luar kota, misalnya Rembang, Semarang, Tegal, Brebes, atau Jawa Timur sendiri sowan kepada Kiai Imam menawarkan barang antik yang berbagai macam bentuknnya. Ada tombak, merah delima, keris, samurai, sabuk, rajah dan sebagainya. Biasanya di terima secukupnya oleh Kiai, kemudian memanggil saya untuk mengantarkan tamu kepada bapak KH. Nurhadi Setono Rejo Kras. Sampai di ndalem KH Nurhadi kemudian ramah tamah, mendiskusikan barang yang ditawarkan atas arahan Kiai Imam Yahya Mahrus. Kemudian barang oleh H. Nurhadi biasanya barang yang ditawarkan  itu terus di uji coba, dan yang menjadi objeknya selalu saya.

Cara uji coba biasanya saya disuruh memegang barangnya, kemudian KH. Nurhadi memotong rambut saya. Dan anehnya selama saya mengantarkan tamu mulai tahun 1995-2003 tidak ada satupun barang yang berhasil untuk di uji cobakan. Pelajaran untuk saya yang bisa di petik adalah Kiai Imam Yahya Mahrus memberikan pengajaran saya kepada saya tentang dunia lain, selain pengajian-pengajian yang saya dapatkan di pesantren, yakni ternyata ada praktik jual beli barang antik juga, yang dalam pelaksanaannya sangat berhati-hati, karena orang yang mempraktikan barang itu tidak semua, hanya orang-orang yang memahami tentang kualitas barang antik itu.

Guru Yang Mendidik Dari Segi Rohani dan Jasmani

Pengalaman lain yang teringat Bersama Kiai Imam adalah biasanya Kiai memanggil pengurusnya secara berkala, untuk di beri do’a-do’a tambahan sebagai pengajaran Rohani dan bekal. Kalau sudah pulang kemasyarakatnya. Di antara do’a-do’a yang di ijazahkan beberapa hizb, sab’ul munjiyat, awrod istighotsah, beberapa sholawat, do’a-do’a menyembuhkan orang sakit, do’a untuk kesuksesan hidup, do’a untuk mudah dalam rizki, mudah dalam belajar, do’a kekebalan diri, dan untuk mencari jodoh, do’a untuk menduduki sebuah jabatan, do’a tolak sihir dan sebagainya.

Beliau juga berpesan Ketika di rumah nanti, setelah terjun di Masyarakat kita pasti di hadapkan dengan problematika kehidupan yang kompleks, maka amalkan do’a-do’a yang di ijazahkan insayaalloh nanti akan membutuhkannya. Pelajaran yang dapat di ambil adalah seorang santri tidak hanya mumpuni dalam hal ilmu agama dhohir, tetapi harus kuat dalam hal ruhaniyyah dan batinnya. Supaya nanti ketika di masyarakat, juga akan kuat menghadapi godaan dan tantangan yang datangnya dari  berbagai macam. dan latar belakang yang berhubungan dengan hal ini, pada tragedi ini yaitu di tahun gemparnya “Ninja” di Indonesia yang menteror para kiai.

Suatu saat, kiai Imam tiba-tiba memanggil saya ke ndalem, sampai disana saya di minta untuk membantu beliau untuk mengusap-usapkan rotan yang ada di teras rumah dengan air yang sudah di siapkan oleh beliau, yang tujuannya rotan tersebut di jadikan sebagai senjata oleh orang yang memegangnya. Tidak hanya itu saja, pernah suatu hari saya di ajak oleh Kiai Imam Yahya Mahrus, untuk mendampingi beliau dalam do’a Bersama, istighotsah, ijazahan ke daerah Bojonegoro. Di sana selain tujuan yang telah di sebutkan tadi, juga untuk pengisian badan yang jumlahnya sekitar 2000an, sebagai bekal dalam menghadapi teror ninja yang sedang gempar kala itu.

Sosok Guru Yang Sangat Perhatian dan Penuh Kasih Sayang

 Cerita lain bersama kiai Imam sebagai gambaran sifat beliau yang begitu perhatian kepada santri adalah saat keluarga saya mempunyai hajat, misalnya akad nikah adik saya. Walaupun dalam keadaan payah tetap saja beliau menyempatkan hadir bersama Bu Nyai ke ruah saya, untuk memimpin  acara akad nikah adik saya pada tahun 1999, juga waktu tunangan saya tahun 2004, akad nikah, juga resepsi pernikahan saya baik di rumah maupun di rumah istri di hadiri oleh beliau, dan sempat menyempat diri untuk mengisi mauidhotuhasanah pada waktu walimah al-ursy.

Biasanya sebelum acara saat menyampaikan undangan ke ndalem, beliau selalu memberikan ijazah do’a untuk kelancaran acara-acara yang saya punyai. Inilah cerminan sifat perhatian beliau kepada para santri, tidak hanya masih di pesantren tetapi juga Ketika sudah pulang kerumah.

Pernah juga suatu hari saya dipanggil kehalaman mushola HMP, di sana sudah terparkir mobil beliau. Kalau ndak salah waktu itu adalah Suzuki escudo, sedang kempes bannya. Maka saya datang untuk membantu mengganti ban mobil yang kempes dengan ban serepnya. Setelah selesai beliau dawuh Mengganti ban mobil pun harus tahu ilmunya dan ketika itu beliau meneruskan jauhnya “iki Niatono sinau le, sopo ngerti engko sampeyan iso nduwe mobil”. 

Selalu Memberikan Pelajaran Dalam Setiap Kesempatan

Dan Alhamdulillah mungkin karena doa Kyai 1 tahun setelah itu saya juga mempunyai kendaraan roda empat walaupun tidak sebaik milik Kyai Imam. Tapi yang menjadi pengalaman adalah beliau selalu memberikan contoh dan pelajarannya ketika melakukan sesuatu kepada para santrinya baik urusan mobil, ekonomi, Pendidikan, Rohani Rohani, ubudiyah. pekerjaan politik, dakwah dan lain-lain.  Masalah pekerjaan pernah juga saya meminta nasihat beliau tentang pekerjaan yang waktu itu ada informasi komusioneris di Komisi Pemilihan Umum atau KPU, yang kebetulan sebagai ketua panitia adalah Kiai Imam Yahya Marus.

Saya yang waktu itu sudah sarjana dan magister, mencoba matur Kepada beliau untuk dapat mengikuti seleksi komisioner KPU Kota Kediri. Oleh beliau di jawab KPU bukan tempatmu carilah pekerjaan lain yang sesuai dengan karaktermu.  Dan itu saya ikuti tidak terlalu lama kemudian ada informasi di STAIN Tulungagung dan saya minta izin beliau untuk daftar di STAIN Tulungagung. oleh Beliau diizinkan, didoakan dan diarahkan supaya bisa terima di Tulungagung.

 

Alhamdulillah berkah doa beliau akhirnya benar-benar diterima sebagai tenaga pendidik di STAIN Tulungagung sambil tetap mengabdi IAIT Tribakti (sekarang UIT). Berkaitan dengan bangunan, juga mempunyai pengalaman menarik lainnya yaitu perintah beliau ketika mendirikan bangunan, rancangan besi cor selalu dicampur dengan bambu. Menggali pondasi tidak boleh terlalu dalam, karena boros material. Kalau mau menyelenggarakan pengecoran harus pamit dulu kepada Kyai, sebab nanti selalu akan diberi doa-doa agar bangunan tetap kokoh dan berkah.

 

Suatu saat mendirikan bangunan utara di mushola HMP lantai 3, ternyata tukang yang menggali pondasi ukurannya terlalu dalam, maka beliau memintanya untuk mengukurnya kembali dengan alasan pondasi terlalu dalam akan membuat kebutuhan material boros. Akhirnya semua tukang dan panitia pembangunan pun harus mengikutinya walaupun menurut ukuran tukang galian itu sebenarnya sudah sesuai dengan rasionalisasi bangunan.  Cerita yang lain adalah proses penjilidan Al sab’ul Al Munjiyat yang pertama kali di PPHM Putra atau HMP.  Waktu itu Kyai mencanangkan bahwa santri HMP diharapkan hafal dan mengamalkan al sab’ul  Al Munjiyat.

Sebagai pengurus saya dan teman-teman pengurus lainnya, berinisiatif untuk mencetakkan dan melakukan penjilidan. Langkahnya kemudian mencari teman-teman santri yang dapat menulis dengan tujuh surat Al Sajdah, Yasin, Al Dukhan, Al Waqiah, Al Mulk, Al Insan, Al Buru,j Aurat Istighosah, tahlil, dan doanya. Setelah selesai kemudian kita sowankan kepada Kyai untuk diperiksanya, dan selalu ditemukan banyak kesalahan-kesalahan tulis yang kemudian direvisi.

Alhamdulillah saat itu di HMP mempunyai jilid dan al sab’ul Munjiyat yang pertama kali untuk, memudahkan para santri  dalam membaca, menghafalkan dan mengamalkan sesuai dengan arahan dari Romo Kyai Imam Yahya Mahrus. Cerita lain sebagai Pengalaman adalah saat beliau memanggil kami sebagai pengurus atau waktu koordinasi dengan beliau. Dengan pamitan selain didokan, juga diberi dua bungkus rokok, yang kita tahu Kyai biasanya mendapatkan jatah rokok dari perusahaan kadang Gudang Garam atau Grendel.

Mungkin karena beliau tahu bahwa santrinya ini perokok akhirnya hampir setiap hari selalu diberi rokok. Hal ini juga mencerminkan bahwa beliau mempunyai sifat perhatian dan dekat kepada para santrinya, walaupun untuk urusan hobi merokok sekalipun, ini sebagai bentuk rasa kemanusiaannya yaitu Imam kepada santri atau masyarakatnya .

Bahkan setiap pagi beliau selalu keliling ke tempat-tempat bangunan yang ada di pesantren atau kampus dengan membawa snack atau jajanan satu plastik besar untuk dibagikan kepada pengelola bangunan dan tukang-tukang yang kerja. Pengalaman lain adalah masalah ubudiyyah sehari-hari, Kyai Haji Imam Yahya Mahrus selalu Istiqomah memimpin dan  memmbimbing para santrinya. Untuk beribadah, jamaah, tahlil, Istighosah, riyadhoh, di akhir kelas 3 untuk mendidik santrinya agar terbiasa menjadi imam ibadah.

Biasanya Kyai Imam mempersilahkan santri senior untuk memimpin membaca dzikir atau tahlil. Sedangkan beliaunya mengikutinya mengawasinya, seringkali hampir setiap hari,  saya sebagai makmum belakang beliau, sering ditunjuk menggantikannya memimpin saat-saat jamaah harian. Hal ini akhirnya mendidik kita terbiasa untuk menjadi pemimpin Istighosah, jamaah, tahlil, Yasin atau aurat yang lain.

Sudah menjadi ciri khas dari PPHM Al Mahrusiyah adalah kalau malam selalu Istiqomah sholat malam, istighost’sah berkat bimbingan dari Romo Kyai Imam Yahya Mahrus. Banyak pengalaman pelajaran dan suri tauladan yang didapatkan bersama Kyai oleh santri-santri ketika sudah pulang ke rumah masing-masing merasakan begitu besar jasa seorang guru kepada kita dalam mengajarkan, memberikan ilmu, mendoakan, membentuk karakter kepribadian santrinya yang kuat dari sisi lahir dan batin. Harapannya bimbingan ini tidak berhenti saat di pesantren saja, tetapi akan terus berlanjut sampai kita di akhirat kelak amin…

 

 

 

 

 

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like