Nasihat Bijak KH. Reza Ahmad Zahid Untuk Menjalani Kehidupan yang Lebih Baik
Setiap makhluk ciptaan Tuhan pasti hidup dalam garis takdirnya masing-masing. Lika-liku kehidupan suka dan duka, tawa juga air mata, senang dan susah pasti tak akan pernah lepas dari ikatan takdir manusia.
Hidup itu bagaikan pelangi, indah karena berwarna-warni. Begitupun kehidupan kita akan terlihat lebih indah jika tersusun dengan berbagai macam warna. Kita tak akan pernah tahu nikmatnya bahagia jika kita tak pernah merasakan duka. Diumpamakan saja air putih yang terasa tawar dan biasa-biasa saja jika kita sering meminumnya. Tapi jika berpuasa, bukankah seteguk air putih ketika berbuka itu sangat berharga?
Seperti itu lah kehidupan manusia penuh warna, namun terkadang kita tak menyadari setiap keindahan dari masing-masing warna. Dan hal ini juga pernah disinggung oleh Gus Reza dalam pengajian Ahad Legi, beliau ngendikan, “Apapun yang kalian lakukan di dunia ini kalian akan menemukan cobaan, fitnah, dan musibah seperti halnya potongan malam yang mana kita tidak bisa lepas dari gelapnya malam,” tutur putra pertama almarhum almaghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus.
Beliau pun mempertegasnya dengan mengatakan bahwa manusia itu bolak balik hatinya dan bolak-balik apa yang didapatkannya di dunia. Dan manusia akan terus seperti itu siklus kehidupannya. Tidak akan ada manusia yang selalu bertindak baik dalam hidupannya kecuali nabi dan rasul.
Karena di dalam diri manusia itu terkumpul dua hal yaitu perkara bagus dan jelek. Tidak akan ada manusia yang sedari lahir tak pernah melakukan salah. Beliau juga ngendikan manusia itu, “Kesleo wajar kalo kepleset itu wajar, tapi kok kepleset terus malah diteruskan mleset itu tidak wajar, udah kesleo tapi kok tetep pengen kesleo itu kurang ajar,” tutur rector UI Tribakti memberi peringatan.
Maksudnya, yang namanya manusia itu pasti pernah melakukan salah dan benar. Tapi, disamping itu kita selalu diperintahkan untuk fastabiqul qoirot, yaitu berlomba-loma untuk melakukan kebagusan. Jika kita melakukan salah, cobalah untuk memperbaikainya jangan malah meneruskanya.
Ingatlah bahwa hidup di dunia tak akan pernah lepas dari yang namanya musibah, beliau memberi contoh, “Udah terlihat enak, mendapat tempat yang enak dicoba sama temanya sendiri, udah mapan dan tenang dicoba sama keluarganya sendiri. Karena hidup itu fasatakunu fitnati tidak akan pernah lepas itu yang namanya fitnah dan musibah, sekarang bagaimana kita meminit musibah itu menjadi ujian dan bagaimana kita dapat lulus dari ujian itu,” tutur cucu almarhum almaghfurllah KH. Ustman Al-Ishaqi menasehati.
Putra mahkota almarhum almaghfurlah Yai Imam ini juga menceritakan sebuah kisah seorang raja dan penasihatnya. Penasehatnya itu alim seperti kiai, tapi bagaimanapun juga yang namanya seorang raja tetap dapat memerintah penasihatnya.
Dikisahkan, sang raja ini bolak-balik terkena musibah, paceklik, gempa bumi, dan berbagai macam kawan-kawan susah lainnya. Tapi setelah itu mendapat kabar bahagia panennya melimpah, alhamdulillah sang raja bungah. Setelah itu sang raja kembali susah karena kerajaannya diserang musuh.
Kemudian datang lagi kabar bahagia bahwa tentaranya menang bertarung. Lama-kelamaan raja ini berfikir, hidup ini kok seperti ini terus, seneng susah, susah seneng, gembira duka, dan begitu seterusnya.
Akhirnya dipanggilah sang penasihat untuk menghadap raja. Raja berkata, “Aku tidak memerintah kamu, tapi nasihatilah aku agar hidup ayem tentrem, terkena musibah ayem, ada kabar bahagia tentrem, terkena musibah adem, mendengar kabar bungah ya anteng, berilah satu nasihat tapi bisa aku pegang selamanya!” Titah sang raja.
Sang penasehat pun menjawab, “Kanjeng raja, saya buatkan satu cincin tapi cincin itu harus panjenengan pakek, kalau panjenengan bahagia panjenengan lihat cincin itu, panjenengan susah lihatlah cincin itu, yakinlah setiap kali sedih melihat cincin sedih lewat, ketika bahagia melihat cincin biasa.
Dalam cincinnya dituliskan hadzal waktu syamudzi artinya apa yang kau rasakan saat ini akan berlalu,” begitulah nasihat bijak yang disampaikan kepada sang raja.
Pesan yang dapat kita petik dari kisah diatas, Gus Reza dawuh, “Pun to perkara susah di dunia, dunia itu sementara, susahnya ya sementara, perkara bungah di dunia, dunia sementara bungahnya ya sementara. Yang penting kita badiru bil a’mal assholihah, selama kita mampu melakukan perkara bagus cepat dilakukan,” tutur KH Reza Ahmad Zahid menyimpulkan pesan dari kutipan kisah yang beliau sampaikan tatkala pengajian Kitab Ihya’ Ulumuddin, Ahad Legi.
Maka dari itu, mulai sekarang janganlah sedih berlarut-larut dan bahagia hingga lupa dunia. Hidup ini sementara dan dunia adalah tempat fana yang penuh fatamorgana. Manfaatkan kesempatan hidup disetiap detik waktu dengan sebaik-baiknya. Karena sejatinya setiap manusia yang dilahirkan telah memiliki skenario takdir untuk menjalani kehidupannya. Ingat-ingatlah bahwa semua peristiwa yang terjadi dan setiap kondisi hati berada pada kuasa Sang Ilahi Allah azza wa jalla. Wallahu a’lam