web analytics
AD PLACEMENT

Ngaji Gus Reza: Ilmu itu Sportif dan Objektif

Pengajian Kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an oleh KH. Reza Ahmad Zahid
AD PLACEMENT
2 0
Read Time:3 Minute, 23 Second

Ilmu merupakan cahaya yang menyingkap tabir kebodohan, membuka mata yang terpejam, dan menuntun manusia menuju kemuliaan. Hadirnya menawarkan perubahan: dari gelap menuju terang, dari bimbang menuju keyakinan, dan dari kejumudan menuju kebijaksanaan. Kalamullah telah menyebutkan bahwa orang yang memiliki ilmu pengetahuan kelak derajatnya akan diluhurkan;

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Namun, ilmu tidak memilih siapa yang akan diangkat derajatnya. Ia tidak mengenal kasta dan tidak tunduk pada tahta. Sebagaimana dawuh KH. Reza Ahmad Zahid dalam Pengajian Kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an:

AD PLACEMENT

“Ilmu itu secara karakter tidak akan memilih mendatangi pada seseorang, kecuali karena ijtihadnya. Ilmu itu adalah sesuatu yang paling sportif dan objektif. Dia hanya akan mendatangi orang yang sungguh-sungguh tanpa pandang bulu. Inilah yang dinamakan spotivitas daripada ilmu.”

Istilah sportivitas tak hanya masyhur di dunia penjas. Secara umum, sportif berarti sikap adil, jujur, dan objektif dalam suatu kompetisi. Begitu juga dalam hal keilmuan, ia tidak mengenal latar belakang, kedudukan, atau garis keturunan. Ilmu hanya akan menghampiri mereka yang bersungguh-sungguh dalam mencarinya, tanpa memberi keistimewaan kepada siapa pun yang enggan berusaha.

Alkisah, ada seorang Khalifah yang meminta Imam Malik untuk datang ke istana. Khalifah tersebut bermaksud untuk menimba ilmu kepada Imam Malik. Namun, bukannya memenuhi panggilannya, Imam Malik justru mengatakan:

العلمُ يُؤتَى ولايَأتِي

AD PLACEMENT

“Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi”

Inilah bukti bahwa ilmu tidak bisa dibeli dengan pangkat dan kedudukan. Ia hanya mendatangi orang yang memiliki kesungguhan dan ketekunan. Sebagaimana syair;

العلم حرب للفتى المتعالي*  كالسيل حرب للمكان العالي

“Ilmu adalah musuh bagi orang yang merasa tinggi, sebagaimana air tidak mengalir ke tempat yang tinggi.”

AD PLACEMENT

Menuntut ilmu adalah perjalanan panjang penuh tanjakan curam yang menguji kesabaran. Namun, setiap rintangan yang menghadang bukanlah penghalang, melainkan batu pijakan yang akan membawa kita menuju puncak keberhasilan. Tanpa perjuangan, tak ada satu pun insan yang akan mencapai derajat kemuliaan. Berikut gambaran Imam Ibnu Abbas RA dalam proses pengembaraan ilmunya;

ذللْتُ طَالِبًا فَعَزَزْتُ مَطْلُوْبًا

Dulu aku hina saat mencari ilmu, tetapi kini aku mulia karena banyak orang yang mencariku.”

Di dalam Kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, Sang Muallif juga menuturkan pesan dari Sayyidina Umar bin Khottbob RA;

تفقهوا قبل أن تسودوا

“Pelajarilah ilmu sebelum kalian menjadi pemimpin.”

معناه اجتهدوا في كمال أهليتكم (قبل) وأنتم أتباع قبل أن تصيروا سادة فإنكم إذا صرتم سادة متبوعين امتنعتم من التعلم لارتفاع منزلتكم وكثرة شغلكم

“Maknanya adalah berusahalah untuk menyempurnakan kelayakan diri kalian (sebelum) kalian menduduki posisi kepemimpinan, dan ketika kalian masih berada dalam posisi sebagai pengikut. Karena, setelah kalian menjadi pemimpin yang diikuti, banyaknya kesibukan dan tingginya kedudukan kalian akan menghalangi dari kesempatan untuk terus belajar.”

Berikut redaksi versi Imam Syafi’i:

تَفَقَّهْ قَبْلَ أَنْ تَرْأَسَ فَإِذَا رَأسْتَ فَلاَ سَبِيْلَ إِلَى التَّفَقُّهِ

“Pelajarilah ilmu sebelum mengemban tanggung jawab kepemimpinan, karena setelah kalian menjadi pemimpin, tidak ada jalan lagi untuk belajar.”

Namun, dalam tradisi keilmuan pesantren, para santri tidak dididik untuk menjadi insan yang cerdas secara intelektual saja, tetapi juga dibiasakan untuk memiliki akhlak mulia. Bahkan hal ini sudah ada sejak zaman dahulu, sebagaimana yang dipraktikkan Robi’ terhadap gurunya – Imam Syafi’i. Saking ta’dzimnya terhadap guru, Robi’ tidak berani minum saat Imam Syafi’i sedang menatapnya. Sikap seperti inilah yang harus kita lestarikan, karena akan melahirkan keberkahan.

Demikian, pendidikan tanpa pengamalan hanyalah sebuah kesia-siaan. Oleh karena itu, langkah berikutnya setelah kita mengembara pengetahuan adalah mengamalkan, sebelum akhirnya kita belajar arti keikhlasan. Karena ilmu sejati bukanlah sekadar hafalan, melainkan cahaya yang membimbing akhlak dan amal seseorang. Wallahu a’lam.

 

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Struggle

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Muwadda’ah Asrama Al-Misky, Berikut Untaian Kalam Hikmah Murobbi

Muwadda’ah Asrama Al-Misky, Berikut Untaian Kalam Hikmah Murobbi

Ngaji Gus Reza: Al-Qur’an sebagai Mukjizat yang Never-Lasting

Ngaji Gus Reza: Al-Qur’an sebagai Mukjizat yang Never-Lasting

Ning Ochi Jelaskan Keistimewaan Islam, Kisah dan Sejarahnya

Ning Ochi Jelaskan Keistimewaan Islam, Kisah dan Sejarahnya

Rumus Barokah; Kunci dan Langkah

Rumus Barokah; Kunci dan Langkah

Dawuh Gus Reza: Hakikat Cinta dan Pengorbanannya

Dawuh Gus Reza: Hakikat Cinta dan Pengorbanannya

Nasihat KH. Mahrus Aly Ketika Berdakwah

Nasihat KH. Mahrus Aly Ketika Berdakwah

AD PLACEMENT