Rihlah Ziaroh Santri Al-Mahrusiyah: Maqbaroh Pondok Pesantren Lirboyo
0
0
“Di infokan pada seluruh peserta ziaroh, khususnya peserta putra. Nanti malam kita ziaroh ba’da Isya. Jadi dimohon kepada semuanya untuk mempersiapkan njjihh..” Ucap Kang Mas’ud Sidik saat mengambil kendali acara Sosialisasi Khazanah Ziaroh 2022, Kamis (30/12).
Malamnya pun kami mempersiapkan segala halnya. Setelah saya dan teman-teman sudah siap berangkat, mendadak ada kabar buruk menyelingi kami. Tiba-tiba panitia mengumumkan bahwa ziarah ke maqbaroh Lirboyo diundur, menjadi ba’da ibadah jumat.
Awalnya ada sedikit gumaman keluh terbesit di hati, namun tak masalah lah, yang terpenting kami bisa ziarah bersaama teman-teman dan dzuriyah yang kami ta’dzimi. Sebagai ganti keluh ini, kami adakan ngopi kesana-kemari bareng temen-temen satu organisasi.
Saya kira, kami kuat dalam urusan lembur, ternyata tidak begitu berbakat. Setelah subuh, mata kami tak kuat menahan kantuk ini dan tak sadar mata ini memejam begitu saja. Untung, Allah masih beri kesempatan kami untuk beribadah jumat. Jika saja tidak, habis sudah kuota Islamku. Yaa walaupun hanya bisa jumatan di masjid Nurul Iman, samping pondok tapi luar pondok. Jadi tak bisa berjamaah dengan santri Lirboyo lainnya.
Seusai jumatan, tak kusangka. Yang biasanya teman-teman santai-santai melenturkan durasi waktu. Kini mereka benar-benar bersemangat ingin berziaroh, hingga jam 1 siang kami sudah berkumpul depan pondok, dengan busana putih dan kopyah putih ala santri Al-Mahrusiyah. Satu komando kami ikuti arahan dari panitia. Rasanya ziarah kali ini berbeda seperti biasanya, saya dan teman-teman sangat bersemangat, lebih-lebih kali ini yang memimpin adalah Gus Izul, Gus idaman saya.
Hari jumat yang biasanya begitu panas, hari ini terasa berbeda. Cuaca saat itu begitu dingin, gerimis terus mengalir ditengah matahari yang tertutup dengan awan. Namun, justru ini mendukung saya untuk bersemangat berziarah. Bersama teman-teman kami ciptakan suasana hangat. Jalan kami menjadi perhatian seluruh santri Lirboyo, terlebih kopyah kami yang berwarna putih, sangat berbeda dengan apa yang dipakai santri Lirboyo lainnya.
Sesampainya di maqbaroh kami langsung ambil posisi ternyaman. Salah satu yang membuat saya semangat adalah maqbaroh kini sudah hadir dengan desain yang apik. Sekitar maqbaroh sudah beralaskan keramik yang indah, dengan cungkup maqom yang megah.
Setengah jam lamanya kami menunggu Gus Izul hadir ditengah-tengah kami. Begitu beliau datang, isyarat berdiri disampaikan olehnya. Kang Ucup pun dengan segera melantangkan salam untuk dzuriyah Pondok Pesantren Lirboyo.
Tak terasa 3 menit kami mengawali tahlil dengan salam. Gus Izul langsung duduk, saya pun langsung mengikuti beliau, begitu juga dengan teman-teman yang lain. Saya selalu mengkhusyu’kan diri dengan bacaan-bacaan tahlil khas Al-Mahrusiyah ini. Walau mata ini sedikit mengantuk, akibat nikmatnya lembur tadi malam, tapi itu tak menjadi alasan malas ziarah, apalagi sampai terbawa tidur.
Alhamdulillah.. tak terasa jam 3 sore Gus Izul menutup bacaan tahlil dengan do’a. Setelah tiap bait do’a kami amiin kan. Spontan saya menundukkan kepala, melihat beliau ingin mendahului para jamaah. Begitu beliau sudah tak terlihat di maqbaroh, saya langsung beranjak berdiri dan segera mendatangi rak sandal yang tersedia.
Ternyata seluruh jamaah pun demikian, timbullah desakan. Mengobrak-abrik sandal, mencari sandal yang sejak tadi berada dalam rak. Untung saja, sandal tercintaku yang baru kubeli tadi malam saat membeli asupan ngopi ternyata masih aman. Setelahnya saya langsung meninggalkan maqbaroh bersama teman-teman dan mempersiapkan fisik untuk senin depan.
Oleh: Iwan Nur
