web analytics
AD PLACEMENT

Syarif Hidayatullah; Metode Kultural-Struktural dalam Berdakwah

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:3 Minute, 54 Second

Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati adalah putra Sultan Hud yang berkuasa di Negara Bani Israel, hasil pernikahan dengan Nyi Rara Santang. Sultan Hud adalah putra Raja Odhara, Raja Mesir. Raja Odhara putra Jumadil Kabir, Raja besar di Negeri Quswa. Jumadil kabir putra Zainal Kabir, putra dari Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib (dengan Fatimah Az-zahra binti Rasululloh SAW).

Makam beliau terletak di Gunung Sembung yang masuk Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon. Seperti makam Walisongo yang lain, makam Tokoh bergelar Sunan Gunung Jati ini berada di dalam cungkup, berdampingan dengan makam Fatahillah, Syarifah Muda’im, Nyi Gedeng Sembung, Nyi Mas Tepasari, Pangeran Dipati Carbon I, Pangeran Jayalelana, Pangeran Pasarean, Ratu Mas Nyawa dan Pangeran Sedeng Lemper. Di sebelah luar cungkup, terdapat dua makam tokoh yang dekat dengan Sunan Gunung Jati, yaitu makam Pangeran Cakrabuwana dan Nyi Ong Tien, mertua dan Istri Sunan Gunung Jati.

Berbeda dengan makam-makam keramat Walisongo yang lain, Makam Sunan Gunung Jati tidak bisa diziarahi langsung oleh peziarah, karena areanya terletak tingkat sembilan dengan ‘sembilan pintu gerbang’. Kesembilan pintu gerbang itu mempunyai nama berbeda satu sama lain, seperti Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararoga, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan terakhir Pintu Teratai, yaitu pintu untuk ke area makam Sunan Gunung Jati. Para peziarah hanya diperbolehkan ziarah sampai pintu ketiga yang disebut Pintu Pasujudan atau Sela Matangkep. Untuk selebihnya, hanya dibukakan untuk keturunan Sunan Gunung Jati.

Kami sampai disana pada pukul empat pagi (09/01). Para peserta khazanah pun berbondong-bondong menuju Masjid Syarif Abdurrahman untuk melaksanakan sholat shubuh sebelum menuju area makam. Agenda kali ini sedikit berbeda dari makam-makam sebelumnya. Disamping tahlil dan do’a, kami juga istighotsah dan yasinan bersama, dipimpin oleh KH. Melvin Zainul Asyiqien dan do’anya dipimpin oleh KH. Reza Ahmad Zahid.

AD PLACEMENT

Usai tahlil, banyak santri yang tampaknya antusias untuk keluar makam terlebih dahulu. Bahkan ada yang sudah menyiapkan tas belanjaan. Ya, ini karena para peserta khazanah wali sembilan diberi kesempatan untuk membeli ‘buah tangan’. Akhirnya.. setelah berkali-kali melewati pasar dari berbagai makam wali, baru kali ini kami diperbolehkan untuk membeli.

60 menit berlalu. Kini saatnya para santri mengakhiri proses ‘tawar-menawar’ nya dan segera melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya, yaitu Makam Masyayikh Gedongan.

 

AD PLACEMENT

Metode Dakwah Kultural dan Struktural Syarif Hidayatullah 

Selama berdakwah di Jawa Barat, tepatnya di Cirebon, Banten, dan sekitarnya, Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menyesuaikan metodenya dengan tradisi masyarakat setempat. Berikut merupakan ragam metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dalam proses Islamisasi tanah Jawa, dalam kapasitasnya sebagai seorang raja sekaligus sebagai seorang ulama.

  • Metode Dakwah Kultural 

Sunan Gunung Jati menggunakan metode kesenian dalam dakwahnya. Pasalnya, sebelum Islam masuk, masyarakat Cirebon dan sekitarnya lebih dahulu mengenal agama Hindu. Menyadari hal itu, metode dakwah Sunan Gunung Jati adalah dengan memasukan empat tingkatan ibadah, yaitu syariat, tarekat, makrifat, dan hakikat, ke dalam kesenian.

Dalam mengajarkan syariat, media dakwah yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati adalah wayang. Wayang disimbolkan sebagai manusia, sedangkan dalang merupakan simbol dari Tuhan. Untuk mengajarkan tarekat, Sunan Gunung Jati menggunakan pertunjukan barong. Dalam mengajarkan ma’rifat, Sunan Gunung Jati menggunakan kesenian Ronggeng, sedangkan pengajaran hakikat melalui kesenian tari topeng.

AD PLACEMENT

Keempat kesenian tersebut hingga saat ini masih lestari dan menjadi kesenian lokal masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Sunan Gunung Jati juga menggunakan kesenian lain untuk berdakwah, seperti seni tari dan gamelan sekaten. Untuk menarik peminat, Sunan Gunung Jati mengajak masyarakat melihat pertunjukan tanpa memungut biaya. Sebagai gantinya, masyarakat hanya perlu mengucapkan kalimat syahadat sebagai pengganti tiket masuk. Hingga saat ini, kalimat syahadat masih digunakan dalam pertunjukan Gamelan Sekaten yang di gelar di Keraton Kasepuhan Cirebon.

  • Metode Dakwah Struktural 

Selain menggunakan metode kultural, Sunan Gunung Jati juga berdakwah menggunakan metode struktural. Latar belakang Sunan Gunung Jati yang berasal dari keluarga dengan status sosial tinggi turut mempermudah dakwahnya. Statusnya sebagai penguasa kesultanan juga membuat Sunan Gunung Jati mudah memobilisasi masyarakat untuk memeluk ajaran Islam. Selain itu, dukungan kelompok dalam Wali Songo pun memiliki pengaruh yang kuat karena dapat menggerakan Islam ke arah yang lebih maju. Pengaruh dari Wali Songo yang kuat membuat Sunan Gunung Jati lebih mudah dalam berdakwah. Hal itu tidak lepas dari metode kerja sama dalam metode dakwah Sunan Gunung Jati.

Metode kerja sama, dalam hal ini diadakan pembagian tugas masing-masing para wali dalam meng-Islamkan masyarakat tanah Jawa. Di samping itu, Sunan Gunung Jati juga menerapkan empat metode dalam dakwahnya, yaitu:

  1. Metode Mauidloh Hasanah (memberikan nasihat-nasihat yang baik).
  2. Metode Al-Hikmah (menggunakan cara-cara yang bijaksana).
  3. Metode Ta’awun (saling menolong dan berbagi tugas).
  4. Metode Tadarruj (menerapkan tingkatan belajar seorang murid).

Wallahu a’lam.

Baca Perjalanan Khazanah 2025 Selanjutnya di https://elmahrusy.id/muwaddaah-di-makam-masyayikh-gedongan-berikut-pesan-dzurriyyah-kepada-peserta-khazanah/

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Struggle

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Muwadda’ah di Makam Masyayikh Gedongan; Berikut Pesan Dzurriyyah kepada Peserta Khazanah

Muwadda’ah di Makam Masyayikh Gedongan; Berikut Pesan Dzurriyyah kepada Peserta Khazanah

Delapan Prinsip Kepemimpinan Raden Fattah

Delapan Prinsip Kepemimpinan Raden Fattah

Raden Syahid; Tingkatkan Kualitas Moral Masyarakat Lokal Melalui Tembang

Raden Syahid; Tingkatkan Kualitas Moral Masyarakat Lokal Melalui Tembang

Raden Ja’far Shodiq; Dibalik Larangan Memakan Daging Sapi

Raden Ja’far Shodiq; Dibalik Larangan Memakan Daging Sapi

Raden Umar Said dan Ragam Peninggalannya

Raden Umar Said dan Ragam Peninggalannya

Filosofi Gelar “Bonang” pada Tokoh Walisongo Tuban

Filosofi Gelar “Bonang” pada Tokoh Walisongo Tuban

AD PLACEMENT