Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW yang paling fenomenal dibanding lainnya. Hal ini dikarenakan adanya suatu peristiwa yang sangat panjang dan penuh cobaan untuk mendakwahkan apa yang ada di dalamnya. Tidak hanya itu saja, Al-Qur’an pun memiliki banyak kisah-kisah serta shirah para nabi terdahulu dan juga kaum-kaum terdahulu.
Bahkan di dalam Al-Qur’an pun memiliki beberapa ayat yang disebut ayat muhakamat dan juga ayat mutasyabihat. 2 jenis ayat tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Sebagaimana yang terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 7 berbunyi:
هوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُۘ وَالرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَاۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ ٧
“Dialah (Allah) yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad). Di antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (kekacauan dan keraguan) dan untuk mencari-cari takwilnya. Padahal, tidak ada yang mengetahui takwilnya, kecuali Allah. Orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, ‘Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari Tuhan kami.’”
Dari ayat di atas jelas bahwa ada 2 pembagian jenis ayat dalam Al-Qur’an, yakni muhakamat dan mutasyabihat seperti yang disebutkan di atas. Ayat muhakamat sendiri adalah ayat-ayat yang jelas artinya seperti ayat-ayat hukum. Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat yang tidak jelas artinya, dalam artian yang dapat ditafsiri dengan bermacam-macam penafsiran. Adapun kegunaan ayat-ayat diatas adalah:
“Terus bang semisal kita udah mengerti tafsirnya dan ternyata kita masih salah gimana bang?”
Nah, untuk masalah di atas kita bisa lebih menelaah secara mendalam memahami makna yang dimaksud dari ayatnya sendiri. Dan jika tetap tidak mengerti dari pembahasan suatu ayat maka kita mungkin bisa menerapkan salah satu do’a dari ayat setelahnya. Yang mana berbunyi:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةًۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ 2
(Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.
Dalam ayat di atas ditafsiri oleh sebagian ulama menafsirinya bahwa ayat ini menjelaskan tentang sikap mereka yang tidak sanggup lagi memikirkan ayat-ayat Allah SWT. Dari doa tersebut mereka meminta agar tidak hanya diberi keselamatan dan kebahagiaan di dunia saja, tetapi mereka memohon untuk untuk diberikan kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.
Tidak hanya itu saja, para ulama pun memohon kepada Allah SWT agar mengumpulkan umat manusia di hari kiamat. Ini menunjukkan keteguhan mereka sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang banayak dan berharap kepada Allah SWT agar diberi keteguhan iman yang kuat terutama untuk mendapatkan hidayah dari Allah dengan perantara (tawassul) nama Allah yakni Al-Wahab (maha pemberi). Doa ini terdapat dalam ayat 9 surat Ali-Imran yang berbunyi:
رَبَّنَآ اِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَࣖ ٩
“‘Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.’ Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”
Itulah beberapa penjelasan dari beberapa ayat dari surat Ali-Imran yang dapat kita amalkan di kehidupan sehari-sehari. Semua kita semua diselamatkan dari kesesatan dan diberikan hidayah oleh Allah SWT agar senantiasa taat kepada perintahnya.
Wallahu ‘Alam