Sekitar pukul 22.45 WIB, rombongan tiba di Parkiran bus Sunan Ampel, Surabaya. Dari titik inilah, kami diberangkatkan menuju Maqbaroh KH. Muhammad Utsman Al-Ishaqy. Waktu untuk menuju Maqbaroh seorang Mursyid Thoriqoh ini memakan waktu sekitar 7-8 menit dengan naik angkutan yang telah disediakan. Meski malam semakin larut, Para peserta khazanah 2025 tetap bersemangat dan khidmat mengikuti pembacaan tahlil dan do’a di Maqbaroh ‘Abah’ dari Ibu Nyai Hj. Zakiyyah Miskiyyah RA (Istri dari KH. Imam Yahya Mahrus). Pembacaan tahlil dipimpin oleh KH. Melvin Zainul Asyiqien, dilanjut dengan do’a yang dipimpin oleh KH. Reza Ahmad Zahid.
Usai pembacaan tahlil dan do’a bersama, kami melanjutkan perjalanan menuju Makam Sunan Ampel pada pukul 01.00 dini hari.
Mengenal Lebih Dalam Sosok KH. Muhammad Utsman Al-Ishaqi
Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Utsman al-Ishaqi adalah seorang sayyid dan habib, sebab beliau dari jalur ibu adalah keturunan Maulana Muhammad Ainul Yaqin atau yang biasa disebut sebagai Sunan Giri bin Maulana Ishaq al-Husaini. Sedangkan ayah beliau adalah keturunan Sunan Gunung Jati yang juga bermarga al-Husaini. Dengan demikian, Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Utsman al-Ishaqi adalah anak cucu Rasulullah SAW urutan ke-37.
Beliau merupakan Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang meneruskan perjuangan guru beliau, yakni KH. Romli Tamim di daerah Rejoso, Peterongan, Jombang. Alkisah, pembaiatan Kyai Utsman dilakukan langsung oleh Kyai Romli pada hari rabu bulan Sya’ban, tahun 1361 H/1941 M.
Pada saat pembaiatan menjadi mursyid, beliau dipanggil oleh Kyai Romli pada pukul 02:00 malam. Lalu beliau diperintahkan untuk duduk di atas Burdah (jaket khas bangsa Arab) yang terletak tepat di atas tempat tidur Kyai Romli. Padahal saat itu, Kyai Utsman sedang bertelanjang kaki yang memang sudah menjadi adat di sana saat sowan ke ndalem Kyai. Bertepatan pula hari itu hujan turun, sehingga kaki beliau penuh dengan lumpur. Setelah itu, beliau dipinjami tasbih oleh Kyai Romli.
Awalnya, Kyai Utsman mengatakan ketidaksiapannya kepada Kyai Romli. Namun, seketika itu juga beliau langsung pingsan. Saat bangun dari pingsan, beliau sudah menjadi Jadzab hingga 1 minggu setelahnya.
Pada suatu malam, beliau menyampaikan bahwa sebentar lagi ada tamu yang akan datang. Sekitar pukul 8 malam, Kyai Utsman membuka pintu lebar-lebar dan menyambut tamu-tamu beliau yang tidak kasat mata itu.
Paginya, beliau memberikan surat dan berujar kepada Kyai Hasyim Bawean bahwa yang datang adalah Nabi Muhammad SAW beserta Nabi Khidir AS, lalu memerintahkan KH. Hasyim Bawean untuk menyampaikan surat tersebut kepada Kyai Romli. Setelah surat itu sampai ke tangan Kyai Romli, seketika itu beliau langsung mengucapkan “Alhamdulillah, saya sudah punya penerus” yang diulang sampai 3 kali. Maka, dengan kejadian tersebut Kyai Utsman resmi dibaiat menjadi seorang Mursyid Thoriqoh.
Setelah seminggu menjadi Mursyid, beliau berhasil menyusun silsilah Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang diperintahkan oleh KH. Romli sebelumnya, yang kemudian diberi nama “Tsamrat Al-Fikriyyah”.
Wallahu a’lam.
Baca Perjalanan Khazanah 2025 Selanjutnya di https://elmahrusy.id/raden-rahmat-dakwah-sosio-kultural-religius-yang-moderat/