Madura, Pers Mahrusy.
(30/01) tepat di waktu Maghrib, peserta ziaroh tiba di Bangkalan. Bus-bus pun merapat di parkiran yang tidak jauh dari masjid. Di arah depan, di tanah berkerikil putih. 3 jam perjalanan dari Makam Syekh Jumadil Kubro, digunakan para peserta untuk istirahat di dalam bus. Entah bagaimana cara kami menjelaskan tentang mereka yang tertidur selama perjalanan menuju Madura ini. Baik atau buruk. Beruntung atau tidak. Karena kita tahu, dari Jawa untuk menuju Madura rombongan pasti akan melewati Jembatan Suramadu yang terkenal itu. waktu sore di atas jembatan menciptakan views yang tidak pernah terucapkan. Tidak pernah terlupakan. Dan bagi mereka yang tidur? Ya, tidak apa-apa. Bagus. Mengoptimalkan waktu.
Sesampainya di sana, para peserta langsung digiring untuk sholat jama taqdim qoshor Maghrib dan isya. Tentu yang di qoshor hanya sholat isya’nya itu. Sepanjang jalan menuju masjid, mata ini disuguhi dengan banyaknya gerobak para penjual sate Madura. Berjajar rapih. Perut ini terasa perih. Lapar.
Tapi,
“Bro, celuritnya, bro!”
Seorang bapak menawari kami celurit. Memang dan tidak perlu kaget. Selain penjual sate, penjual pisau dan sajam dijual bebas. Sedikit ngeri memang. Tapi, bagaimana lagi? Di sana sudah lumrah.
Kubah besar Masjid Syaikhona Kholil yang berwarna emas sudah terlihat semenjak kaki para peserta menginjak Bangkalan. Ya, masjid itu adalah salah satu tempat eksotik dan central di sana. Banyak dari pada penduduk lokal atau para wisatawan ziaroh yang memenuhi area masjid. Mereka sholat, ziaroh, atau hanya sekedar foto-foto ria. Tidak taulah. Urusan masing-masing.
Para peserta langsung menuju tempat wudhu dan bersiap melaksankn sholat jama taqdim qoshor Maghrib dan isya. Meskipun ada juga yang malah melakukan sholat jama takhir karena telat.
Masjid itu begitu gemerlap. Interior yang memukau dengan warna yang mentereng membuat siapapun yang melihat akan berdecak kagum. Lantainya yang marmer, bersih, dan sejuk membuat para pendatang betah berlama-lama. Sholat pun bergantian, saling bersambung jamaah. Hingga akhirnya pembacaan tahlil dan do’a dimulai. Tahlil dipimpin oleh Gus Izzul dan doanya dipimpin oleh Gus Reza. Suara amin terdengar menggaung di dalam masjid dengan lantang tarik semangat suara mereka. Pengeras suara pun kalah banding.
Selesai ziaroh, para peserta mendapatkan makan malam di busnya masing-masing. Estimasi 2 jam selama singgah di Bangkalan, cukup untuk semua itu. Dan rombongan kembali meluncur. Kali ini Syekh Muhammad Utsman Al-Ishaqi, Jati Purwo, Surabaya.